Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Amien Rais bercerita pengalamannya beberapa hari menjelang Presiden Soeharto lengser dari tampuk kepemimpinan Republik Indonesia pada 21 Mei 1998 silam.
Saat proses Reformasi akan memasuki puncak, Amien diketahui termasuk salah satu sosok di garis depan yang berhadapan langsung dengan Soeharto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amien bercerita, sekitar 23 tahun silam tepatnya pada 19 Mei, ia sempat ditelepon seseorang petinggi TNI. Saat itu, menurutnya, hari sudah larut.
"Saya jam 11 malam ditelepon dari Cilangkap [Jakarta Timur], saya lupa namanya, katanya seorang perwira tinggi TNI. [Dia] mengatakan, 'Pak Amien, tolong itu batalkan besok pagi [20 Mei]', rencana syukuran reformasi di Monas," kata Amien dalam acara merawat Reformasi yang digelar virtual, Kamis (20/5) malam.
Menurut Amien, petinggi TNI itu mengingatkan dia bahwa tentara akan melakukan tindakan pembubaran jika massa masih tetap berkumpul di Monas.
Bahkan menurut Amien, petinggi TNI itu juga menyinggung peristiwa Tiananmen di China. Diketahui, Tiananmen merupakan pembantaian demonstrasi pro-reformasi di sejumlah titik di China pada pertengahan 1989.
"Saya juga kaget, kemudian saya pakai sarung, baju batik lengan pendek saya naik Kijang pergi ke Monas. Setiap jalan ke Monas sudah ada besi-besi kawat duri yang digulung. Ada beberapa tank, panser dan lain-lain," kata dia.
Amien pun melanjutkan cerita, ketika itu dia langsung bertanya kepada anggota TNI yang berjaga di sekitaran Monas.
"Saya tanya, 'Anda diperintah komandan apa?'. [Dijawab] 'Belum ada perintah, cuma kita disuruh posisi disini'," kata Amien mengenang.
Lantaran khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Ia menyebut pada pagi harinya, bersama sejumlah tokoh reformasi lain, Amien lantas menggelar konferensi pers.
"Itulah pagi-pagi saya membuat press conference di depan televisi dan lain-lain, sebaiknya syukuran di Monas itu dipindah ke halaman DPR/MPR untuk syukuran,karena lebih aman," kata dia.
Amien mengungkapkan, beberapa hari sebelum Soeharto melepas jabatan Presiden. Yusril Ihza Mahendra--salah satu tokoh yang selalu dimintai saran oleh Soeharto--sempat datang menemuinya selepas waktu salat Magrib.
Amien menyebut, Yusril membawa pesan dari Soeharto.
"Beliau tanya, 'Pak Amien, saya dipesan Pak Harto untuk tanya kepada anda, kalau besok Pak Harto itu lengser, yang mengganti Pak Habibie, yang kebetulan sudah jadi Wapres, apa Pak Amien dan teman-teman menerima?'," ucap Amien menirukan Yusril.
Saat itu Amien lalu menjawab jika memang hal itu merupakan ketentuan yang diatur dalam konstitusi, ia dan tokoh lainnya akan menerima.
"Saya mengatakan, 'Mas Yusril, sampaikan salam hangat saya kepada Pak Harto, memang itu ketentuan konstitusi, jadi sesuai, bagus sekali tinggal kita menunggu esok hari mudah-mudahan terjadi suksesi itu'," ujar Amien.
![]() |