Sukarno muda digembleng oleh Cokro. Banyak wawasan yang dia peroleh. Termasuk juga tokoh-tokoh pemikir besar mancanegara, misalnya JJ Rousseau, Karl Marx, Cavour, dan seterusnya.
Selain mendapat buku-buku dari Cokro, Sukarno juga mendapat kesempatan menyimak percakapan Cokro dengan tamu-tamunya. Setiap hari, tokoh-tokoh partai atau pemimpin cabang berkunjung ke rumah itu. Bahkan, kadang mereka menginap selama beberapa hari.
Ketika anak yang lain menonton pertandingan bola, Sukarno muda memilih duduk di dekat kaki mereka dan mendengarkan diskusi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang-kadang aku berbagi tempat tidur dengan salah seorang pemimpin itu dan berbicara dengan mereka hingga waktu fajar," kata Sukarno.
Bagi Sukarno, Cokro bukan saja idola, melainkan guru pidato. Ia selalu mengikuti sosok itu ke mana-mana. Sukarno tidak membaca buku panduan pidato dan tidak pula berlatih di depan cermin. Namun demikian, secara diam-diam ia mengamati bagaimana Cokro berpidato.
Ia mengamati bagaimana Cokro menjatuhkan suara dan menggerakkan tubuhnya saat berpidato. Pengamatan ini lantas Sukarno praktikkan.
"Cerminku adalah Cokroaminoto," kata Sukarno
Pengalaman pertama Sukarno berpidato terjadi saat Cokro tidak bisa menghadiri suatu undangan rapat. Sukarno kemudian datang menggantikan Cokro.
Dalam forum itu, ia berhasil menarik perhatian hadirin dan membuat mereka terus memperhatikannya. Mereka terpesona dengan cara Sukarno berpidato. Mereka juga menganggap pidato Sukarno mudah dipahami.
"Suatu getaran mengalir ke seluruh tubuhku begitu aku tahu bahwa aku memiliki suatu kekuatan yang dapat menggerakkan massa," kata Sukarno.
Suatu hari, Cokroaminoto pernah berpesan kepada orang-orang terdekatnya. Setelah melakukan meditasi, pada satu malam yang diguyur hujan, Cokro menyampaikan pesan dengan serius.
"Ikutilah anak ini. Dia diutus oleh Tuhan untuk menjadi Pemimpin Besar kita. Aku bangga karena telah memberinya tempat berteduh di rumahku," pesan Cokro
Usai lulus dari HBS di Surabaya, Sukarno melanjutkan studi ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) yang kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Selain studi, Sukarno juga aktif berorganisasi dan menulis. Keberaniannya menyampaikan kritik kepada pemerintah kolonial membuat Sukarno semakin dikenal tokoh muda pergerakan.
(iam/bmw)