HUT DKI JAKARTA KE-494

Akhir Murung Booming Batu Akik dari Rawa Bening

CNN Indonesia
Selasa, 22 Jun 2021 12:35 WIB
Demam batu akik di Jakarta sudah tiada. Kini, para pedagangnya di Pasar Rawa Bening, satu per satu tumbang setelah sempat mengecap booming batu akik.
Pedagang batu mulia Darto Jaswan mengkritisi strategi penumpukan stok batu akik yang membuatnya over supply pada 2014 yang dsebutnya ikut memicu kejatuhan harga. (Foto: CNN Indonesia/Syakirun Niam)

Di sisi lain, komunitas-komunitas di Rawa Bening menerbitkan majalah khusus tentang batu mulia. Mereka mengulas satu persatu batu mulia dari berbagai Indonesia, mulai dari bentuk, proses penggalian, pengolahan, dan seterusnya.

Tidak lama kemudian, pemerintah juga memutuskan batu akik sebagai souvenir Konferensi Asia Afrika. Menurut Darto, keputusan pemerintah itu secara tidak langsung mempromosikan potensi batu akik atau batu mulia dalam negeri.

"Otomatis kan gayung bersambut, kolaborasi bener-bener mendorong dan mengenalkan batuan Indonesia," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena batu akik pernah mengguncang tanah air pada 2014 silam. Masyarakat memburu batu akik dari berbagai jenis dan harga.

Minat pembeli yang luar biasa tinggi itu juga terjadi di Pasar Rawa Bening. Sebagai pemain lama, Darto sudah mengalami pasang surut minat terhadap batu akik.


Namun, permintaan pasar saat itu menurut Darto, tidak wajar.

"2014-2015 itu booming-nya kelewatan," kata Darto.

Namun, gelombang pasang minat pada batu akik itu tidak berlangsung lama. Tidak sampai setahun, permintaan masyarakat turun.

Sementara, beberapa pedagang di Pasar Rawa Bening telah menyetok batu mulia dan aksesorisnya dalam jumlah banyak. Akhirnya, banyak pedagang itu merugi. Bahkan gulung tikar.

Kebanyakan dari mereka, kata Darto, merupakan pedagang batu dadakan. Sebelumnya, mereka berjualan jam tangan, pakaian, dan lainnya.

"Terutama mereka-mereka yang datang pas momen lagi tinggi-tingginya. Beli kios tinggi, langsung masukin barang tiba-tiba blek, enggak jalan," tuturnya.

Selain itu, pemilik modal dari Pasar Tanah Abang, Kota, Pasar Senen, berdatangan ke Rawa Bening. Hal ini mengakibatkan harga kios melonjak dan barang-barang di pasaran over supply.

Akhirnya, kata Darto, berlakulah hukum pasar di mana jumlah barang di pasaran lebih banyak dari jumlah permintaan. Meskipun saat itu sedang booming, jumlah barang yang beredar di pasaran bukanlah kebutuhan yang sebenarnya.

Infografis Berkah Internet Bagi Pelaku UsahaInfografis Berkah Internet Bagi Pelaku Usaha. (Foto: Laudy Gracivia)

"Istilahnya kebutuhan sebenarnya kan enggak segitu. Jadi pada saat booming menurun, supply-nya melebihi. Enggak kira-kira lah, saya bilang enggak kira-kira," kenang Darto.

Meski demikian, tidak sedikit penjual batu akik bisa bertahan. Namun, mereka juga mesti menghadapi minat pasar yang kembali lesu karena ekonomi yang merosot pada 2014-2015.

Pasar batu akik belum sepenuhnya bangkit, kini para pedagangnya dihantam pandemi Covid-19. Sebagaimana pasar-pasar lain di Jakarta, Rawa Bening tutup. Lambat laun, kebanyakan dari pedagang memilih berjualan secara daring alias online.

"Baru mulai pas pandemi, sebelumnya enggak," kata Darto.

(iam/arh)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER