Suara Tunawisma Ibu Kota, Kian Terabaikan di Masa Pandemi

CNN Indonesia
Jumat, 09 Jul 2021 09:43 WIB
Tunawisma di Jakarta menjadi kelompok terabaikan selama pandemi covid-19. Mereka tak mendapat vaksin yang jadi perlindungan melawan virus corona.
Foto: CNN Indonesia/Adi Maulana

Sementara di sudut lain ibu kota, Andri Heriyono, juga merasakan bagaimana pandemi Covid-19 berdampak bagi kehidupannya. Dia kini menjadi tunawisma karena pandemi.

Andri menyebut dirinya merupakan korban dari keganasan Covid. Di samping gerobaknya yang penuh tumpukan sampah, Andri bercerita bahwa pandemi menghancurkan pekerjaannya.

Dulu dirinya tinggal di kos-kosan di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dengan senyum lebar dan mengacungkan jempol, Andri mengatakan dirinya sukses menjadi seorang pekerja bangunan dan menggarap banyak proyek.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami masih ikut teman saya dulu, ngeborong. Jadi masih ikut, begitu corona datang, di-lockdown ditutup proyek itu," cerita Andri saat bertemu CNNIndonesia.com.

Saat virus ini pertama kali masuk ke Indonesia pada Maret 2020, dia bilang masih sempat menggarap beberapa proyek bangunan. Pekerjaannya dulu pun membuat dirinya harus banyak berpindah ke kota-kota penyangga DKI menggunakan KRL.

Pria berusia 65 tahun ini bercerita, sempat dites Covid saat dulu menaiki KRL Commuter Line. Beruntung, dirinya tak positif. Hanya saja, itu menjadi kali pertama dan terakhir dirinya berurusan dengan alat klinis pengujian Covid.

"Dulu pernah (dites Covid). Yang dicolok-colok di hidung. Terus apa itu, di mulut juga kan. Dulu waktu masih ada kerjaan, mau pergi ke Bogor, atau ke mana gitu," cetusnya.

Sejak proyek tutup, ia pun kehilangan penghasilan. Andri tak mampu membayar tempat tinggal dan menjadi tunawisma. Ia juga mengaku tak pernah berurusan lagi dengan segala urusan soal tes Covid.

Jangankan untuk tes Covid dan perlindungan vaksin, Andri mengeluhkan kesehariannya yang sulit mendapat makan. Pemerintah pun, kata dia, tak pernah memperlihatkan uluran tangannya.

"Seharusnya itu pemulung dapat (bantuan sosial), jangan fakir miskin saja. Padahal pemulung itu kan lebih-lebih dari orang miskin. Kami rumah nggak punya, istilahnya gitu ya. Kami udah orang teraniaya, orang terlunta-lunta. Nggak pernah dapat sapaan apapun dari pemerintah," kata dia.

Dia merasa selama ini justru dimusuhi oleh aparat pemerintah. Keluh kesahnya banyak tertuju pada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Andri mengatakan, sikap kasar dari aparat Satpol PP itu seringkali merugikan dirinya. Misalnya, di tengah jalan jika bertemu aparat dia seringkali diusir padahal hanya sedang duduk.

Jika tidak, mereka akan bertindak dengan keras hingga mengambil gerobak miliknya.

"Hidup di jalanan gini ya istilahnya kita itu harus patuh sama Pol PP, cuma kadang-kadang Pol PP ini yang terlalu ambisius gitu untuk melakukan giat tugas itu," ucapnya.

"Kalau di jalan misalnya kita dikejar-kejar, kadang kita kan berhenti gini 'Pak, jalan'. Kita kan kadang-kadang capek berhenti gitu kan, memang itu benar sih. Takutnya nanti ada Bu Risma (mensos) lewat," tambahnya lagi.

Pria kelahiran Blitar, Jawa Timur ini pun berharap pandemi Covid segera berakhir. Dia mau segera kembali ke kampung halamannya untuk membuka usaha.

Dirinya mengaku sudah sulit bertahan di Jakarta namun lebih sulit lagi untuk kembali ke kampung halaman. Pasalnya, orang-orang di kampungnya tak menerima pendatang selama masa Covid-19 ini.

Andri pun rela mengikuti setiap kebijakan pemerintah untuk menangani pandemi. Termasuk soal vaksin.

"Sebetulnya pengen juga. Cuma caranya bagaimana kalau divaksin. Saya gak tahu caranya gimana," ceritanya sambil memilah-milah tumpukan sampah di atas gerobaknya.

Dia merasa vaksin penting untuk menangani pandemi sekarang ini. Belum lagi, keinginannya agar pandemi segera berlalu membuat dirinya sangat antusias menerima suntikan vaksin.

Hanya saja, Andri kesulitan lantaran tak pernah mendapat akses dari pemerintah untuk memperoleh fasilitas vaksin tersebut.

Dinas Sosial, hingga aparat petugas lain seperti Satpol PP hanya berfokus untuk menertibkan orang-orang seperti dirinya yang dinilai mengganggu pemandangan ibu kota.

"Sebetulnya kayak saya ini sudah bosen ini. Kapan corona ini mau berhenti gitu loh, saya mau cari usaha yang lain. Seandainya saya sudah nggak bisa kerja lagi di proyek," tutupnya.

(mjo/pris)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER