Adib juga menilai potensi functional collapse terbuka karena beberapa daerah mengalami tingkat kewalahan yang tinggi. "Contoh, kondisi di Kudus, Pati, Rembang, sekarang sudah lebih baik, jauh lebih baik dari bulan sebelumnya, cuma berpindah sekarang, overload-nya di mana? Semarang," imbuhnya.
Selain itu, ia melihat potensi functional collapse juga berasal dari keterbatasan obat-obatan, alat kesehatan, hingga oksigen di beberapa wilayah. Begitu juga dengan fasilitas hingga tempat tidur di rumah sakit, di mana kini banyak pelayanan justru diberikan di tenda-tenda darurat di halaman rumah sakit.
"Kemudian masalah oksigen yang kurang dan sekarang ada laporan yang menyatakan begitu. Kemudian ada masalah obat dan alat kesehatan," terangnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati sudah mulai functional collapse, namun Adib menilai Indonesia belum perlu 'mengimpor' dokter dari luar negeri. Yang perlu diimpor saat ini erupa obat-obatan, alat kesehatan, hingga oksigen.
"Sampai saat ini kita belum butuh dokter dari luar negeri, kita masih mampu, tinggal bagaimana pola pemberdayaannya temasuk maping kebutuhan di mana saja akan ditempatkan dan kualifikasi dan kompetensinya seperti itu. Yang kita butuhkan saat ini adalah obat, alat kesehatan, oksigen, jadi tiga hal itu yang perlu ada support dari luar, tapi untuk SDM mudah-mudahan kita masih bisa," jelasnya.