Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman menilai situasi saat ini merupakan efek domino dari sikap pemerintah yang abai terhadap strategi mendasar dalam penanggulangan Covid-19 sejak awal--pada awal 2020 silam.
Strategi yang Dicky maksud yaitu tes, telusur, dan tindaklanjut perawatan (testing, tracing, treatment/3T). Ia mengatakan dari awal pagebluk sampai saat ini jumlah tes tidak pernah mencapai 500 ribu tes. Padahal, menurutnya itu penting untuk mendeteksi dan melakukan tindakan lebih cepat.
Sehingga, kata Dicky, Indonesia tidak akan dihadapkan dengan pada pilihan yang sulit. Indonesia harus terus memberlakukan pembatasan mobilitas dengan situasi sosial ekonomi yang terpuruk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akibat kita mengabaikan strategi yang mendasar tadi yang utama tadi akhirnya kita dihadapkan pada posisi yang buruk seperti saat ini," ucap Dicky kepada CNNIndonesia.com, Jumat (23/7).
Sakit menimpa, sesal terlambat.
Dicky mengatakan saat ini tidak ada pilihan lain selain melanjutkan pembatasan mobilitas. Tidak lupa, lanjutnya, penerapan 3T. Dia menyebut saat ini Indonesia berada dalam fase tertinggi level transmisinya. Laju penularan virus covid-19 berlangsung eksponensial atau berlipat.
Selain itu, Indonesia juga diterjang oleh varian Delta, salah satu varian mutasi dari virus covid-19 yang diwaspadai. Varian itu dianggap berbahaya karena bisa menyebar lebih cepat.
"Itu kenapa pembatasan ini akhirnya harus diperkuat. 3T nya ya harus bener-bener, bukan wacana," ucapnya.
Dicky mengingatkan pemerintah harus menimbang risiko tertinggi dalam membuat kebijakan. Ia memprediksi, jika pembatasan mobilitas dilonggarkan maka lonjakan kasus positif dan kematian akan konsisten, bahkan meroket. Jika itu terjadi, kata Dicky, maka pagebluk di Indonesia semakin tidak terkendali.
"Kalau dibuka, ya artinya akan terjadi pembiaran, terjadi infeksi. Sehingga semakin tidak terkendali dan itu artinya akan menambah jumlah orang sakit dan meninggal. Jadi jangan kaget kalau dua atau tiga minggu lagi angka kematian kita bisa tembus dua ribu itu jangan kaget. Ini saya sampaikan nih dari sekarang," jelasnya.
Presiden Jokowi sebelumnya mengatakan bahwa PPKM Darurat yang diadakan sejak 3 Juli hingg 20 Juli akan diperpanjang hingga 26 Juli. Belakangan PPKM berubah nama dari Darurat menjadi Level 3 dan 4.
Jokowi mengklaim ada penurunan kasus dan tingkat hunian rumah sakit sejak PPKM digelar pada 3 Juli lalu. Menurutnya jika tren penurunan terus terjadi, pada 26 Juli mendatang, akan ada pembukaan secara bertahap.
"Jika tren kasus terus mengalami penurunan, maka tanggal 26 Juli 2021 pemerintah akan melakukan pembukaan secara bertahap," kata Jokowi, Selasa (20/7) lalu.
(yla/kid)