Ahli Duga Tingginya Kematian Usia Produktif Imbas Covid Delta

CNN Indonesia
Kamis, 05 Agu 2021 12:49 WIB
Pemakaman jenazah covid-19 di TPU Pedurenan, Bekasi, Jawa Barat. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai fenomena meningkatnya jumlah kematian warga usia produktif akibat terpapar virus corona (Covid-19) di Indonesia lantaran pengaruh mutasi virus SARS-CoV-2 varian delta B1617.2 yang sudah menyebar lebih dari seribu kasus di Tanah Air.

Dicky menyebut, fenomena tren kematian anyar itu tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan negara-negara di Eropa seperti Inggris dan Amerika Serikat (AS). Oleh sebab itu, varian delta kini menjadi varian yang paling diwaspadai oleh banyak negara.

"Kenapa usia produktif lebih tinggi angka kematiannya saat ini? itu karena pertama, varian delta memang sangat cepat dan efektif menular dimana aktivitas dan mobilitas usia produktif itu tinggi. Yang kedua, mereka cenderung mengabaikan aspek protokol kesehatan 5M," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (5/8).

Dicky menyebut, kategori usia produktif di bawah 35 tahun menyumbang 65 persen populasi di Indonesia. Sehingga meskipun mereka membatasi mobilitas, namun interaksi mereka masih tinggi, seperti nongkrong dan bertemu orang banyak dalam satu rumah.

Ia melanjutkan, beberapa studi yang dilakukan di AS misalnya, menyebut varian delta memiliki kemampuan penularan lebih cepat, memperburuk gejala klinis saat terpapar covid-19, hingga berpotensi menyebabkan kematian yang lebih tinggi.

"Di AS sudah ada statement dari para peneliti yang menemukan banyak kasus di rumah sakit, bahwa fenomena di AS dan sebagian Eropa itu untuk varian delta; younger, sicker, dan quicker," kata dia.

Namun demikian, Dicky khawatir fenomena meningkatnya kasus kematian covid-19 pada usia produktif dibandingkan warga lanjut usia (lansia) di Indonesia masih bias data.

Dicky menilai bisa saja jumlah kematian pada lansia stagnan, tapi jumlah kematian pada usia yang produktif tersebut meningkat, sehingga terlihat kematian pada lansia lebih rendah.

Selain itu, menurutnya data perkembangan covid-19 di Indonesia masih belum dikatakan valid 100 persen dengan apa yang terjadi di lapangan. Dicky menilai, masih banyak kasus konfirmasi positif covid-19 maupun kematian covid-19 di luaran sana yang luput dari laporan pemerintah.

"Jadi jangan melihat kuantitas, tapi lihat proporsinya itu. Minimnya pendataan yang saya khawatirkan dalam konteks Indonesia dua-duanya baik kematian usia produktif maupun lansia meningkat," ujar Dicky.

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 sebelumnya mencatat tren kasus kematian akibat terpapar virus corona pada usia di bawah 60 tahun meningkat drastis pada Juli 2021. Jumlahnya bahkan melampaui jumlah kematian pada lansia yang disebut sebagai kelompok yang selama ini rentan pada paparan covid-19.

Ketua Bidang Data Dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, jumlah kasus kematian di kelompok usia 60 tahun ke atas, meski masih tinggi, tapi cenderung menurun pada bulan Juli. Sebaliknya, kasus kematian pada kelompok umur 46-59 tahun dan 31-45 tahun meningkat secara drastis.

Dewi merinci, pada kelompok usia 46-59 yang awalnya 2.547 kasus pada Juni naik menjadi 13.694 kasus atau melonjak lima kali lipat dalam sebulan. Kemudian, kasus kematian pada kelompok umur 31-45 tahun yang awalnya 964 kasus pada bulan Juni, melonjak menjadi 5.159 kasus pada bulan Juli.

Jika dijumlahkan, kelompok usia 31-59 tahun ini sebanyak 18.853 kasus. Sementara, kasus kematian pada kelompok usia 60 tahun ke atas atau lansia pada Juli lalu sebanyak 14.449 atau naik 3 kali lipat dibanding Juni sebanyak 4.046 kasus.

Sementara itu, jumlah kematian warga yang terinfeksi covid-19 per Rabu (6/8) tercatat sebanyak 1.747 warga meninggal dalam sehari. Pun secara kumulatif, jumlah kematian warga Indonesia akibat covid-19 tembus 100.636 kasus pada Rabu kemarin.

(kha/ugo)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK