Janggal Praktik Tes Covid Berujung Penutupan Lab Biokesmas

CNN Indonesia
Jumat, 27 Agu 2021 18:06 WIB
Laboratorium Covid-19 di NTT ditutup lantaran menggunakan metodie yang tidak seharusnya dipakai (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dinas Kesehatan Kota Kupang, Pemprov Nusa Tenggara Timur (NTT) memutuskan untuk menutup laboratorium biomolekuler kesehatan masyarakat (Biokesmas) yang dikelola Forum Academia Nusa Tenggara Timur (FAN). Ada sejumlah kejanggalan terkait praktik yang dilakukan di lab tersebut.

Mulai dari tenaga ahli yang kurang memadai, hingga pengetesan virus corona (Covid-19) yang tidak akurat lantaran menggunakan metode yang tidak seharusnya dipakai. Selain itu, tidak ada pula dokter ahli.

Tentang Laboratorium

Laboratorium tersebut beralamat di RS Universitas Nusa Cendana (Undana). Diresmikan oleh mantan Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto dan Gubernur Provinsi NTT Victor B. Laiskodat pada 16 Oktober 2020.

Forum Academia Nusa Tenggara Timur (FAN), selaku penggagas, mendapat dana untuk operasional laboratorium. Sebanyak 95,849 persen dana berasal dari Pemprov NTT, 3,691 persen dari FAN dan 0,459 dari Undana.

Kepala Lab Biokesmas NTT Fima Inabuy mengkalim telah mendapat surat izin operasional dari Litbangkes RI. Karenanya, hasil tes Covid-19 dari laboratorium tersebut juga disetor ke pemerintah pusat untuk dipublikasikan.

Ditutup

Dinkes Kota Kupang mengeluarkan surat nomor 441. 806.903/VIII/2021 tentang Penghentian Sementara Kegiatan Lab Biokesmas yang dikelola FAN. Ditindaklanjuti oleh Rektor Undana Fredrik Benu dengan menutup lab pada 23 Agustus lalu.

Forum Academia NTT, selaku pengelola lab, lantas membuat petisi untuk menggalang dukungan dari masyarakat. Dia mengklaim selama ini lab sangat berguna bagi masyarakat, sehingga perlu tetap dibuka. Terlebih, menurutnya, lab juga sudah mendapat izin dari Litbangkes RI.

Dinkes Kota Kupang dan Undana bertindak lain. Lab tetap ditutup karena telah menyalahi sejumlah ketentuan. Ada sejumlah kejanggalan dalam operasional yang dilakukan lab tersebut selama ini.

Dugaan Kejanggalan

Kepala Dinkes Kota Kupang, Retnowati mengatakan pelanggaran yang terjadi terkait pemeriksaan hasil tes Covid-19. Seharusnya, lab hanya memeriksa sampel, bukan mengambil sampel dari masyarakat. Alasannya, tidak ada dokter ahli di lab tersebut.

Selain itu, lab juga menggunakan metode Pooled Tes qPCR untuk screening massal dan surveilans. Menurut Satuan Tugas Covid-19, Pooled Test berpotensi menghasilkan hasil yang keliru. Tingkat akurasinya lebih rendah dari metode polymerase chain reaction (PCR).

"Ada kemungkinan hasil false negatif yang lebih besar, terutama jika tidak divalidasi dengan benar," ucap Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Covid-19 Alexander Kaliaga Ginting, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (26/8).

Cara kerja pooled test yakni dengan menguji beberapa sampel pemeriksaan Covid-19 menggunakan reagen yang sama. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan dalam satu kelompok seperti dalam satu rumah atau kantor. Metode pooled test pun lebih murah lantaran pengujian hanya butuh satu reagen untuk 5-6 spesimen.

Hasil pooled test bisa berpotensi besar false negatif. Selain itu, apabila hasil tes tersebut ada yang positif, maka pihak laboratorium perlu melakukan tes ulang satu persatu individu untuk mengetahui siapa yang sebenarnya terinfeksi Covid-19.

Lewat siaran pers, pengelola lab menyatakan operasional dan pelayanan tetap berjalan selama masa transisi pemindahan. Tidak boleh ada yang menghentikan. Mengenai pooled test, pengelola lab mengklaim itu dilakukan agar masyarakat tidak dikenakan biaya.

"Tes PCR gratis di Biokesmas hanya dimungkinkan karena metode Pooled test qPCR ini. Ini adalah sebuah inovasi yang lahir dari NTT, dan belum dimiliki oleh Provinsi lain di Indonesia," mengutip siaran pers pengelola lab.

(bmw)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK