Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan mutasi virus SARS-CoV-2 varian C.1.2 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan (Afsel) belum teridentifikasi di Indonesia.
Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut sejauh ini hasil pemeriksaan spesimen warga secara acak menggunakan Whole Genome Sequence (WGS) belum mengidentifikasi varian C.1.2.
Lihat Juga : |
"Belum ada ya varian C.1.2," kata Nadia melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Kamis (2/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nadia mengatakan sejauh ini varian 'berbahaya' yang dipantau dan diidentifikasi di Indonesia sesuai dengan penggolongan kriteria varian oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni varian Alfa, Beta, Delta, dan Gamma yang merupakan 'variant of concern'. Namun varian Gamma diketahui belum teridentifikasi di Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan sejauh ini telah mengidentifikasi sebanyak 2.229 kasus varian Delta B1617.2 di Indonesia. Sementara untuk varian B117 Alfa 64 kasus dan varian B1351 Beta 17 kasus.
Kendati demikian, Nadia memastikan pemerintah terus berupaya menggencarkan pemeriksaan WGS pada sampel acak warga.
Selain itu, mengincar sampel yang hasil Cycle Threshold (CT) dari PCR swab-nya menunjukkan angka di bawah 30, hingga sampel milik mereka yang masih terpapar Covid-19 meski sudah lengkap mendapatkan vaksin.
"Kita selalu memantau varian-varian lain yang mungkin bersirkulasi di Indonesia, termasuk yang kemungkinan adanya varian lokal yang muncul di Indonesia," jelasnya.
Ilmuwan Afsel sebelumya mendeteksi varian baru virus corona yang dikenal dengan C.1.2. Varian C.1.2 terdeteksi pertama kali pada Mei lalu dan sudah menyebar di penjuru Afrika Selatan serta setidaknya tujuh negara di Afrika, Asia, Eropa, dan Oseania.
Sampai saat ini peneliti masih melanjutkan studinya dan belum bisa memastikan apakah varian C.1.2 lebih menular dan mampu menangkal antibodi vaksin. Namun, para peneliti sejauh ini menuturkan varian C.1.2 banyak mengandung mutasi yang terkait dengan varian corona lain.
Mutasi corona ini disebut juga menurunkan sensitivitas terhadap antibodi penetralisir. Kendati para ilmuwan juga belum yakin bagaimana mutasi baru corona ini mempengaruhi perilaku virus.
![]() |