Survei: 45,7 Persen Warga Masih Takut Divaksin Covid-19

CNN Indonesia
Kamis, 09 Sep 2021 18:59 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. (CNN Indonesia/ Adi Maulana)
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median), Rico Marbun, mengatakan sebanyak 45,7 persen warga di Indonesia masih enggan melakukan vaksinasi Covid-19.

Temuan tersebut berasal dari survei Median bersama Party Watch Institute terkait persepsi publik terhadap pembelajaran jarak jauh (PJJ), vaksinasi, dan pembatasan sosial.

Data diambil pada 19-26 Agustus 2021, responden merupakan warga yang memiliki hak pilih berusia 17 tahun ke atas. Sebanyak 1.000 responden di 34 provinsi Indonesia diikutsertakan dengan margin of error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

"Pada saat kita bertanya 'saat ini pemerintah menyediakan vaksin Covid-19 gratis, apakah Anda ingin divaksin?' Itu yang menjawab definitif ingin divaksin 54,3 persen dan tidak ingin divaksin 45,7 persen," kata Rico dalam diskusi virtual di YouTube, Kamis (9/9).

Rico mengaku khawatir karena berdasarkan survei tersebut, persentase warga yang ingin divaksin masih berada di bawah angka kekebalan kelompok atau herd immunity antara 65 hingga 70 persen.

"Saya pikir masih ada tugas pemerintah untuk mengedukasi publik bahwa vaksinasi itu penting," tuturnya.

Survei itu juga merinci daerah mana saja tidak ingin mendapat vaksinasi Covid-19. Di Sumatera, 48,9 persen responden mengaku tidak mau divaksin, di Jawa 44,2 persen, Kalimantan, NTB, NTT, dan Bali, 42 persen tidak mau divaksin, dan 50 persen responden di Sulawesi Timur serta Indonesia Timur enggan divaksin.

Rico juga merinci alasan responden menolak vaksinasi Covid-19. Sebanyak 10 persen responden mengaku takut ada efek samping, 8,2 persen mengaku takut karena ada orang yang meninggal setelah divaksin, 8 persen takut karena masih bisa terkena Covid-19 setelah divaksin.

Kemudian ada 7,5 persen tidak ingin divaksin karena selama ini tak pernah terpapar, 3,5 persen responden masih meragukan vaksin, 3,1 persen enggan divaksin karena berasal dari China, 2,1 persen menganggap karena vaksin konspirasi, 1,5 persen takut vaksin karena ada riwayat penyakit, dan ada 1,3 persen karena takut jarum suntik.

"Ada 3,1 persen tidak mau divaksin karena dari China, mungkin ada yang masih menunggu vaksin Pfizer, Moderna, dan lain-lain," kata Rico.

Sementara alasan responden ingin vaksin karena 22,2 persen menganggap tidak akan terkena Covid-19 setelah mendapat vaksin, 15,4 persen divaksin karena bisa beraktivitas di mall, 9,6 persen karena imunitas tubuh lebih kuat.

Kemudian ada 5,5 persen mau divaksin karena anjuran pemerintah, 5 persen mau divaksin karena anjuran pemerintah, 1,6 persen menganggap vaksin bisa melindungi orang lain, 0,6 persen responden mau vaksin demi herd immunity, dan 0,6 persen mau divaksin karena tuntutan kerja.

Berdasarkan data Kemenkes per Kamis (9/9) total vaksinasi Covid-19 dosis pertama mencapai 70.322.560 orang (33,7 persen dari target sasaran) dan 40.362.820 orang telah disuntik dosis kedua (19,38 persen).

Target sasaran vaksinasi Covid-19 sebanyak 208.265.720 orang mencakup tenaga kesehatan, lanjut usia, petugas publik, masyarakat rentan dan masyarakat umum dan anak usia 12-17 tahun.

(mel/dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK