DP, seorang dokter di Semarang yang dilaporkan karena melakukan masturbasi di makanan rekannya, disebut memerlukan pendampingan kejiwaaan. Perilakunya ini diduga dipicu salah satunya oleh kesibukan.
Kesimpulan ini didapat tim penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah yang menerima hasil pemeriksaan kejiwaan dari Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang.
"Kemarin tim penyidik dari Subdit Renakta melaporkan telah menerima hasil pemeriksaan kejiwaan tersangka. Hasilnya, tersangka perlu pendampingan ahli atau dokter kejiwaan", ungkap Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah Kombes Polisi Djuhandani Rahardjo di Mapolda Jawa Tengah, Rabu (15/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh penyidik, hasil pemeriksaan tersebut akan digunakan untuk mendalami penyidikan khususnya terkait motif dibalik perilaku tersangka.
"Ini akan jadi bahan untuk kita melakukan pendalaman. Kita akan libatkan ahli atau dokter jiwa mendampingi tersangka. Sampai saat ini, tersangka menjelaskan kalau yang dilakukannya tidak memiliki tujuan apa-apa," terang Djuhandani.
Senada, AKBP Sunarno, Kepala Subdirektorat IV Ditreskrimum Polda Jateng menyebut ada penyimpangan dalam perilaku DP.
"Sama juga dengan hasil keterangan dari dokter jiwa dari Rumah Sakit Bhayangkara, bahwa yang bersangkutan juga harus dilakukan perawatan kejiwaannya. Jadi intinya ya bahwa tersangka kayaknya ada gangguan jiwa," ucap dia.
Psikolog Tugimin Supriyadi menimpali perilaku menyimpang DP kemungkinan dipicu oleh sejumlah hal, di antaranya masalah keharmonisan rumah tangga dan beban atau kerja.
"Ini sebenarnya bukan hal baru. Mungkin yang unik karena sperma dimasukkan ke makanan agar dimakan orang. Perilaku menyimpang seperti itu bisa terjadi karena beberapa hal, bisa hubungan dengan istri yang tak harmonis," ujar dia.
"Kesibukan kerja, overload kerjaannya, sehingga tidak mempunyai kemampuan lagi untuk berhubungan dengan istrinya, bisa jadi itu," lanjutnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, DP dilaporkan oleh rekan sesama dokter karena kedapatan mencampurkan sperma ke masakan istri hingga akhirnya masakan tersebut termakan .
Perilaku DP diketahui setelah D, istri sang rekan, memasang kamera ponsel usai curiga dengan kondisi makanan di meja makan yang selalu terlihat berantakan.
Lembaga Legal Resource Centre untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) yang mendampingi korban menilai yang dilakukan tersangka adalah bentuk pelecehan dan kekerasan seksual.
"Bagi kami yang mendampingi, ini sudah bentuk pelecehan seksual bahkan kekerasan seksual. Korban syok berat saat ini, sampai nggak mau makan lagi menu yang pernah diberi sperma tersangka. Makanya kami kemudian melapor ke Polisi", kata Divisi Hukum LRC-KJHAM Nia Lishayati.
(dmr/arh)