Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menyebut Bali diguncang 26 gempa sepanjang Oktober hingga November.
Rinciannya, 18 gempa pada Oktober, dan delapan kali gempa sepanjang November.
"Untuk Bulan November 2021 di wilayah Bali, sudah ada 8 kejadian gempa, yang semuanya Magnitudo (M) kurang dari 3," kata Yohanes Agus Setiawan selaku Kepala Kelompok Kerja Sub Bidang Pengumpulan dan Penyebaran BBMKG Wilayah III Denpasar, Bali, saat dihubungi, Jumat (12/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"([Oktober 2021] dimana, di antaranya ada empat kali kejadian gempa terasa salah satunya gempa merusak terhadap wilayah Bangli, di Desa Teruyan dan di Desa Ban, Karangasem, pada hari Sabtu 16 Oktober 2021 dengan magnitude M 4,8 episenter. Tepatnya, berlokasi di darat pada jarak 8 km arah Barat Laut Karangasem, pada kedalaman 10 km," imbuhnya.
Selama Oktober pula, lanjut Yohanes gempa bumi di wilayah Bali didominasi gempa berkekuatan Magnitudo 3 dengan 15 kejadian gempa (83,3 persen); serta gempa dangkal dengan kedalaman kurang dai 60 Kilometer, yakni 16 kejadian (88,9 persen).
Kemudian, bila memperhatikan lokasi hiposenter, gempa bumi yang terjadi selama bulan Oktober 2021 ini, didominasi jenis gempa bumi dangkal akibat aktifitas sesar lokal.
"Jika, kita lihat peta seismisitas bulan Oktober 2021, terlihat dominasi gempa bumi di wilayah sekitar wilayah Rendang antara Gunung Agung dan Gunung Batur yang juga di sinilah episenter gempa merusak pada tanggal 16 Oktober 2021 lalu," ungkapnya.
Lihat Juga : |
Soal sumber gempa di wilayah Bali, ia menyebut itu bisa karena sesar aktif di daratan. Yohanes menyebut di sebelah selatan Bali ada zona subduksi yang merupakan pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia, dan di sebelah Utara ada ada aktivitas sesar lokal yang berdampak di wilayah Bali.
"Kebetulan kalau di bulan Oktober itu lebih didominasi oleh aktivitas gempa yang ada di daratan Bali yang di Rendang (Karangasem). Untuk, Bulan November sama masih di darat, cuman gempanya ini sangat kecil dibawah 3 Magnitude," ujarnya.
Pihaknya juga menghimbau kepada masyarakat tentu harus selalu waspada terhadap potensi gempa yang kapan saja bisa terjadi. Terutama, dampak gempa seperti longsor dan lainnya.
"Kita harus selalu waspada tapi tidak perlu takut. Waspada terhadap potensi gempa dan yang harus dipahami bahwa gempa itu tidak bisa diprediksi. Jadi, kita perlu waspada terutama untuk seperti kemarin kejadian di Teruyan dan Karangasem," ucap dia.
"Kerusakannya akibat dampak sekunder dari kejadian gempa bumi. Misalkan, dari longsoran atau dari kondisi tanah yang tidak stabil dan kalau dilihat kondisi tipografinya yang curam dan lereng-lereng," tandas Yohanes.
(kdf/arh)