ANALISIS

Ade Armando Babak Belur, Anies dan Islam Politik Jelang 2024

CNN Indonesia
Jumat, 15 Apr 2022 12:04 WIB
Sejumlah pakar menyoroti penunggang isu Ade Armando babak belur yang mempertajam polarisasi di tengah masyarakat hingga menyerang Anies.
Ade Armando babak belur.. ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Jakarta, CNN Indonesia --

Pegiat media sosial, Ade Armando babak belur setelah dihajar sejumlah orang saat aksi demonstrasi protes Presiden Joko Widodo 11 April di depan gedung DPR RI. 

Pihak kepolisian sejauh ini sudah menetapkan tujuh tersangka. Menurut polisi, para pelaku bukan bagian dari mahasiswa yang melakukan unjuk rasa.

Namun belakangan, rekan Ade Armando, Denny Siregar dkk menuding pelaku pengeroyokan itu merupakan anggota Front Pembela Islam (FPI) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Selain menuduh tanpa bukti, mereka juga menyebut pengeroyok Ade Armando adalah 'kadrun'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya Denny, bermodal gambar tangkapan layar Wakil, Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menyampaikan dugaan pengeroyokan itu dipicu oleh anggota grup Whatsapp relawan Anies Baswedan.

Cendekiawan Jimly Asshiddiqie menyoroti pihak-pihak yang masih berusaha membuat polarisasi imbas pemilihan presiden (Pilpres) 2019 semakin tajam. Ia berujar peristiwa pengeroyokan dan penelanjangan terhadap Ade Armando menggambarkan watak orang Indonesia yang sebenarnya.

Di sisi lain, peristiwa kekerasan terhadap masyarakat sipil oleh aparat juga terjadi. Namun, hal ini tidak menjadi sorotan karena korban tidak terkenal seperti Ade Armando.

Menurut Jimly, masyarakat yang melakukan tindakan main hakim sendiri karena proses rekonsiliasi dan proses peradilan di negeri ini tidak berfungsi.

"Kalau proses rekonsiliasi, proses peradilan tidak berfungsi untuk keadilan makanya rakyat ya main hakim sendiri," ujar Jimly saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (14/4).

Menurut Jimly, pengeroyokan dan penelanjangan Ade Armando memang perbuatan biadab. Namun, kata dia, fenomena ini harus ditelaah lebih mendalam.

"Penyebabnya apa? Penyebabnya belum tuntasnya rekonsiliasi, bukan belum tuntas, belum dikerjakan," kritiknya.

Lebih lanjut, pakar Hukum Tata Negara itu menyayangkan hingga kini, pemerintah tidak berupaya membangun dialog antara masyarakat yang terbelah atau terpolarisasi hingga berujung pada kasus Ade Armando babak belur.

Menurutnya, selama pemerintah tidak serius melakukan rekonsiliasi, maka polarisasi identitas di tengah masyarakat akan terus terjadi hingga Pemilu 2024.

"Harus mulai dari atas, kalau enggak dari atas enggak akan bisa," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.

Kritik Buzzer di Tengah Polarisasi

Jimly menilai ditariknya Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menjadi Menteri di dalam Kabinet Indonesia Maju rezim Joko Widodo-Ma'ruf Amin tidak memperbaiki polarisasi yang terjadi di akar rumput.

Prabowo dan Sandi hanya simbol dan merupakan pucuk pimpinan. Sementara, sejumlah peristiwa terus mempertajam polarisasi. Hal ini seperti pemidanaan eks Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab (HRS) dan Sekretaris Umum FPI, Munarman.

Jimly menilai upaya rekonsiliasi gagal ketika HRS dipenjara dan justru pemerintah terus memilih buzzer dan membela Ade Armando.

"HRS masuk penjara itu dipahami bukan sebagai rekonsiliasi. Sebaliknya Ade Armando dibela, buzzer-buzzer terus diorganisir jadi enggak akan ketemu," kata Jimly.

"Usaha (pemerintah) ke bawah enggak ada untuk merekonsiliasi, merukunkan enggak ada, enggak ada usaha sama sekali, dialog saja enggak ada," tuturnya.

Jimly mengatakan sebenarnya MPR memiliki posisi yang strategis karena menjadi forum rakyat. Di sisi lain, saat ini pimpinan MPR terdiri dari semua golongan.

Semestinya, kata Jimly, MPR menjalankan fungsinya sebagai kepemimpinan yang dialogis, alih-alih hanya formal memutuskan amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

"Tapi yang terjadi kan tidak, pimpinan MPR sibuk mengurus partainya masing-masing. Jadi tidak ada ikhtiar sama sekali, pemerintah juga begitu malah memelihara buzzer kan?" ujar Jimly.

Polarisasi Imbas Kelompok Tak Suka Islam Politik Menguat

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER