LaporCovid-19 Kritik Gap Angka Kematian Pusat-Daerah, Selisih 16 Ribu

CNN Indonesia
Selasa, 04 Jan 2022 19:33 WIB
Ilustrasi kematian Covid-19. (AFP/SERGEI SUPINSKY)
Jakarta, CNN Indonesia --

LaporCovid-19 menyebut selisih (gap) data kematian akibat Covid-19 di daerah dengan pusat masih terjadi sampai akhir 2021. Selisihnya mencapai 16 ribu kasus kematian.

Berdasarkan akumulasi data per provinsi hingga 31 Desember 2021, jumlah kematian akibat Covid-19 mencapai 160.476 jiwa. Sedangkan menurut rilis Kemenkes RI/Satgas Covid-19 nasional pada tanggal yang sama, berjumlah 144.094 jiwa.

"Dengan demikian, terdapat selisih sekitar 16 ribu kematian yang tidak diumumkan oleh Kemenkes RI/Satgas Covid-19 nasional," kata Data Analyst LaporCovid-19 Said Fariz Hibban, Selasa (4/1)

Ia menilai, angka selisih itu menunjukan pemerintah kurang menghargai nyawa setiap warganya. Sebab, selisih angka kematian sudah terjadi sejak awal pandemi dan sampai saat ini belum ada perbaikan.

"Enam belas ribu jiwa adalah angka yang besar. Ini bukan hanya menunjukkan tidak ada perbaikan yang signifikan terhadap data kematian, namun memperlihatkan tidak adanya penghargaan terhadap nyawa setiap warga negara yang hilang karena pandemi," kata dia.

Berdasarkan data resmi 34 provinsi, pihaknya mencatat, setidaknya terdapat 134 ribu kematian positif Covid-19 sejak 1 Januari 2021 hingga 31 Desember 2021.

"Namun, angka itu belum mencakup jumlah kematian kasus probable Covid-19. Data akumulasi kematian probable tiap wilayah mencapai lebih dari 32.094 jiwa," ucapnya.

Sementara kematian kasus suspek, pihaknya mencatat lebih dari 8.592 jiwa. Kemudian, jumlah kematian saat isolasi mandiri dan di luar RS yang baru tercatat oleh tim LaporCovid-19 setidaknya 3.015 jiwa. Said menyebut di antara mereka yang meninggal, terdapat 2.066 tenaga kesehatan.

Ia menilai, realita jumlah kematian terkait Covid-19 di Indonesia layaknya fenomena gunung es. Sehingga memerlukan langkah evaluatif demi pencegahan kematian akibat Covid-19 yang bisa dihindari di baru 2022 ini.

"Awal tahun 2022 penting menjadi momen refleksi atas gentingnya kondisi pandemi, terutama pemicu besarnya jumlah kematian," ujarnya.

Sebelumnya, sengkarut data kematian antara daerah dan pusat mulai ramai dibicarakan publik pada pertengahan 2021. Saat itu, LaporCovid menemukan ada selisih 20ribu data kasus kematian di daerah dan di pusat.

"Jadi di sini gapnya semakin agak lebar sekitar 20 ribu-an. Kurang lebih begitu," kata Said di Youtube Lapor Covid 19, Kamis (22/7).

Para epidemiolog dan LaporCovid19 mengatakan ketidaksinkronan data terjadi karena masalah pencatatan yang tak mengikuti arahan WHO. Organisasi kesehatan dunia tersebut mengatakan, kasus meninggal probable Covid-19 juga harus dicatat, namun pemerintah Indonesia ogah.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, alasan Indonesia masih menggunakan skema pencatatn itu karena untuk validitas.

"[Akan] tetap seperti saat saat ini, konfirm [tes positif]. Kan supaya data valid. karena validitas data," kata Nadia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (28/7).

(yla/dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK