Jejak Desain Ibu Kota Baru: 8 Kali Revisi, Kompleks Istana 100 Hektare
Jejak pembangunan ibu kota negara (IKN) baru melalui banyak perdebatan. Selain pembahasan IKN oleh DPR dan pemerintah Joko Widodo yang terburu-buru, desain Istana Negara di ibu kota baru tersebut juga tak lepas dari sorot perhatian masyarakat.
Desain Istana Negara di ibu kota baru dibuat oleh seniman patung asal Bali, I Nyoman Nuarta. Dalam pradesain buatan Nyoman, tampak Istana Negara lengkap dengan sejumlah taman, kolam, hingga area transportasi, dan dikelilingi dengan patung burung garuda raksasa.
Desain awal buatan pematung kenamaan Bali itu sempat mendapat gunjingan warganet karena dianggap tak sesuai dengan simbol sebuah kota pintar atau smart city.
Gabungan lima ikatan arsitek juga mengaku desain burung Garuda sebagai ikon membuat gelisah. Kelima asosiasi tersebut adalah Asosiasi Profesi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (IAP).
Mereka menilai bangunan istana negara yang berbentuk burung garuda bukan simbol yang mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital.
Revisi 8 Kali dan Luas Kompleks Istana IKN Jadi 100 Hektare
Baru-baru ini, Nyoman mengaku Presiden Jokowi telah menyetujui desain Kompleks Istana Kepresidenan di IKN usai delapan kali mengalami revisi. Pradesain Istana Negara di IKN itu disebut sudah diberikan sejak 2019. Selama dua tahun itu, revisi telah delapan kali dilakukan.
"Ini adalah keputusan terakhir bahwa desain sudah disetujui oleh Presiden. Presiden berpesan kepada saya suruh mengawal desain ini. Delapan kali kita revisi," kata Nyoman saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Pada desain terbaru ini, Istana Kepresidenan akan dikelilingi hutan. Selain itu, Gedung Garuda yang berfungsi sebagai kantor presiden dimodifikasi dengan desain yang lebih ringkas.
Dalam revisi terakhir itu, Nyoman mengklaim luas lahan Kompleks Istana Kepresidenan di IKN diperluas menjadi 100 hektare dari sebelumnya 32 hektare.
Nyoman sebelumnya memang keberatan jika luas lahan Kompleks Istana Kepresidenan hanya seluas 32 hektare, dia pula yang meminta menambah luas Istana Kepresidenan. Pihak Istana kemudian memberikan jatah tanah 55 hektare untuk Istana Kepresidenan yang akan dibangun di Kalimantan Timur itu.
Kendati demikian, Nyoman tak puas dengan penambahan luas tanah tersebut. Menurutnya butuh tanah lebih luas untuk membangun kebun raya atau botanical garden di kompleks Istana Kepresidenan IKN.
"Minimal saya bilang 100 hektare, kan itu buat tanamin hutan, bukan buat bangunan. Kalau persentasenya bangunan sih, hijaunya itu 80 persenan. Jadi bangunannya kecil," ujar Nyoman.
"Jadi akhirnya presiden sendiri setuju, 'Sudah, catat itu catat, ke Pak Menteri PUPR. Jadi 100 hektare'," imbuh Nyoman.
Menurut Nyoman, sekitar 80 atau 50 persen kawasan Istana Kepresidenan IKN akan ditanami hutan. Sehingga, menurutnya, bakal ada puluhan ribu pohon yang ditanam di kawasan itu.
Ibu Kota Negara (IKN) menjadi perhatian publik beberapa waktu terakhir. Ibu kota baru itu digadang-gadang bakal bernama Nusantara dan akan segera disahkan oleh Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang IKN (Pansus RUU IKN) dalam waktu dekat.