Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan puncak kenaikan kasus Covid-19 di wilayah luar Jawa-Bali diprediksi terjadi dua hingga tiga pekan lagi, dengan puncak kematian terjadi dalam 15-20 hari setelah puncak gelombang ketiga.
"Karena ini puncaknya dalam dua tiga minggu ke depan yang perlu diantisipasi," kata Airlangga dalam konferensi pers secara daring, Senin (21/2).
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan puncak jumlah kematian akibat Covid-19 akan terjadi dalam 15-20 hari sesudah puncak kasus. Hal tersebut diungkapkan setelah melakukan perbandingan dengan negara-negara lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari sisi perawatan kami melakukan perbandingan dengan negara lain, biasanya puncak dari yang wafat itu akan terjadi 15-20 hari sesudah puncak kasus," kata Budi dalam konferensi pers daring, Senin (21/2).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan rata-rata kematian akibat kasus Covid-19 terjadi pada pasien yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid terutama diabetes mellitus. Selain itu, faktor lain penyebab kematian adalah pasien terinfeksi telat datang ke rumah sakit dan belum melakukan vaksinasi.
"Berdasarkan data yang kami himpun hingga hari ini, dari 2484 pasien meninggal, 73 % diantaranya belum melakukan vaksinasi dosis lengkap, 53 % Lansia dan 46 % memiliki penyakit penyerta atau komorbid," kata Luhut dalam konferensi pers daring, Senin (21/2).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan vaksinasi booster di wilayah luar Jawa-Bali masih berada di bawah 10 persen. Dari data itu, sebanyak 25 persen provinsi juga disebut masih berada di bawah 60 persen untuk dosis kedua.
"Terkait dengan vaksin booster, ini di seluruh provinsi luar Jawa-Bali masih di bawah 10 persen dan capaian lansia masih ada 7 provinsi yang di bawah 60 persen," kata Airlangga dalam konferensi pers secara daring, Senin (21/2).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan sejumlah alat tes Covid-19 mandiri yang dijual di pasaran telah layak digunakan.
"Kita sudah tes beberapa, dan sudah layak digunakan. Nanti kita umumkan secara terbuka khusus dari kemenkes," kata dia dalam jumpa pers di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (21/2).
Dia menyebut, aturan soal tes mandiri yang biasa dilakukan di rumah saat ini masih dalam pembahasan. Meski begitu, nantinya pemerintah akan membatasi penjualan alat-alat tersebut.
"Untuk Tes PCR yang dilakukan di rumah, kita sedang rapikan. Karena kita juga nggak mau semua menjual barang-barang ini, sehingga kasihan nanti konsumennya," ujarnya.
Lihat Juga :![]() Update Corona 21 Februari Positif Covid-19 RI 34.418 Kasus, Meninggal Dunia 176 Orang |
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menilai isolasi mandiri (isoman) sama sekali tak efektif untuk mengatasi penyebaran Covid-19 di Sumatera Utara. Sebab menurutnya, isoman hanya menyebabkan kemunculan klaster keluarga karena anggota keluarga yang berada di rumah mau tak mau ikut terpapar.
"Data hari ini yang isoman itu sampai 14.500. Yang isoter itu hanya 400 orang. Jadi tempat isolasi-isolasi terpusat ini akan kita buka ke depannya. Jadi pelan-pelan kita tak berlakukan isoman. Karena isoman sama sekali tidak efektif," kata Edy Rahmayadi saat meninjau lokasi Isoter di Asrama Haji Medan, Senin (21/2).
Untuk mengatasi hal tersebut, Edy memastikan Pemprov Sumut bakal memberlakukan isolasi terpusat (isoter) dengan memerintahkan 33 kabupaten/kota di Sumut membuka tempat isoter. Ia juga menyebutkan pelan-pelan isoman di Sumut akan ditiadakan setelah tempat isoter yang tersedia bertambah.
(blq/ain)