LIPUTAN KHUSUS

Giant Sea Wall, Mimpi Kepak Sayap Garuda Raksasa di Laut Jakarta

CNN Indonesia
Kamis, 10 Mar 2022 09:32 WIB
Proyek Giant Sea Wall di Teluk Jakarta tak lepas dari studi soal penurunan muka tanah dari para pakar yang sempat berulang kali ditolak Pemerintah.
Desain lama Giant Sea Wall berbentuk garuda menuai reaksi keras dari sejumlah kalangan. (Foto: Safir Makki)

Pada intinya, desain awal Giant Sea Wall berbentuk burung garuda itu terdiri dari tanggul pantai, yang menempel ke kawasan pesisir; tanggul laut, serta pulau-pulau reklamasi.

Dikutip dari situs Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioroitas (KPIP), pembangunan Tanggul Laut Jakarta yang memiliki nilai investasi 5.677 triliun terdiri dari tiga fase.

Fase A dimulai dengan peletakan batu pertama pada Oktober 2014, atau di akhir masa Pemerintahan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fokusnya, penguatan dan pengembangan tanggul-tanggul pantai sepanjang 30 kilometer dan membangun 17 pulau buatan di Teluk Jakarta. Pembangunannya kemudian diperkuat di masa Presiden Joko Widodo.

Fase B, dengan fokus membangun tanggul laut luar barat dan waduk besar, diperkirakan akan dibangun pada periode 2018 sampai 2022. Namun, sejauh ini tahap tersebut belum juga terlaksana.

Fase C difokuskan untuk membangun tanggul luar timur yang akan dibangun setelah 2023.

"Saya ikutan di fase pertama. Fase kedua saya enggak ikutan, karena setelah dapat data-data dari kampus, kita di-exclude [dikeluarkan]," ujar Heri.

Infografis fakta banjir rob yang bakal landa ujung utara jakartaInfografis fakta banjir rob yang bakal landa ujung utara jakarta. (Foto: CNN Indonesia/Fajrian)

Tak semua berjalan sesuai rencana. Proyek reklamasi ini ditolak oleh warga dan aktivis lingkungan. Mereka menilai tanggul Jakarta di antaranya memiliki desain yang tak bersahabat dengan lingkungan bak septic tank raksasa, menyulitkan nelayan mencari ikan, hingga pembenaran reklamasi oleh pengembang.

Momentum Pilkada DKI Jakarta 2017 semakin menghambat proyek. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, pada 2018, sempat menyebut tanggul raksasa ini bakal menjadi "kobokan raksasa".

"Kemudian politik masuk, waktu itu [2017] ada pemilihan gubernur. Akhirnya terkatung-katung Giant Sea Wall," pungkas Heri.

Meski Pemprov DKI mengakui pembangunan tanggul laut masih berjalan, kemajuannya tak sesuai tahapan rencana awal.

Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja juga mengakui saat ini pembangunan tanggul yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat masih terfokus pada tanggul di bibir pantai.

"Giant Sea Wall belum mulai kerjaannya, tapi kalau tanggul pantai, itu dikerjain kita sekarang. Kalau tanggul lautnya belum ada kerjaan apa-apa sekarang," ujar dia, Rabu (23/2).

(cfd/yla/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER