Sekretaris Jenderal DPP Gerindra Ahmad Muzani dengan percaya diri menyatakan partainya bakal mengusung Ketua Umum mereka, Prabowo Subianto, menjadi bakal calon presiden dalam pemilu 2024.
Muzani bahkan mengatakan Prabowo--yang saat ini menjabat Menteri Pertahanan RI--akan melakukan deklarasi menjadi capres pada tahun ini.
"Berarti Pemilu atau Pilpres akan berlangsung dua tahun lagi. Insya Allah Pak Prabowo akan segera kami minta dan segera mendeklarasikan sebagai Capres di tahun 2022," kata Muzani, di Surabaya Rabu (23/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pokoknya 2022. Artinya bisa beberapa bulan lagi. Pokoknya sabar dulu, mikir-mikir, hitung-hitung. Tapi Insya Allah beliau maju capres di tahun 2022 ini, beliau kami minta segera deklarasi," ucapnya saat ditanya lagi waktu tepatnya Prabowo bakal deklarasi.
Jika menilik hasil survei sejumlah lembaga, Prabowo selalu berada di urutan teratas tokoh dengan elektabilitas tertinggi. Terbaru, hasil survei Litbang Kompas menyatakan elektabilitas Prabowo mencapai 26,5 persen.
Hasil survei Litbang Kompas tersebut senada dengan hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga lainnya. Contohnya, hasil survei Indikator Politik Indonesia pada 6-11 Desember 2021. Prabowo berada di posisi puncak dengan elektabilitas sebesar 22,4 persen.
Pun begitu dengan hasil survei KedaiKOPI pada 16-24 November, di mana elektabilitas Prabowo sebagai capres potensial 2024 juga berada di peringkat pertama dengan 23,9 persen.
Namun, di balik elektabilitas Prabowo yang konsisten masih terunggul itu pun memunculkan pertanyaan. Basis massa yang masih mendukung dan ingin Prabowo menang di Pilpres 2024 mendatang?
Pasalnya, banyak pendukung capres dalam dua pilpres terakhir itu mengaku kapok memberikan dukungan. Salah satunya, karena mereka melihat Prabowo yang kalah di Pilpres 2019 memilih bergabung ke dalam pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin yang notabene lawan politiknya.
Misalnya, kelompok Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang memilih berpisah jalan dengan Prabowo. Padahal, PA 212 merupakan salah satu kelompok Islam yang aktif mendukung Prabowo saat Pilpres 2019. Selain PA 212, kelompok Islam lain yang mendukung Prabowo saat itu adalah FPI dan GNPF Ulama.
"Kami PA 212 serta alumnus dan simpatisan 212 tidak tunduk apalagi patuh kepada Kertanegara. Kami hanya tunduk kepada imam besar Rizieq Shihab yang saat ini berada di kota suci Mekkah," kata Damai Hari Lubis, Kepala Divisi Hukum PA 212, 13 Juli 2019.
Direktur Eksekutif KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo, mengatakan elektabilitas yang dimiliki Prabowo saat ini merupakan tabungan popularitas selama eks Pangkostrad era Orde Baru itu mengikuti Pilpres sejak 2009 silam.
Selain itu, sambungnya, elektabilitas yang 'dinikmati' Prabowo pascapilpres 2019 itu tak lepas pula dengan kemungkinan publik belum melihat figur lain yang menarik untuk didukung menjadi presiden di 2024 mendatang.
Dalam dua pilpres terakhir, Prabowo selalu kalah dari rival tunggalnya, Joko Widodo (Jokowi). Jokowi sendiri pada 2024 mendatang sudah dipastikan tak bisa lagi maju, karena diadang konstitusi Indonesia.
"Prabowo punya tabungan popularitas dari beberapa pemilu kemarin. Paling tidak, dua pemilu dia capres, ya orang sudah familiar dengan nama Prabowo. Sehingga, ketika belum ada nama lain yang menarik, Prabowo bisa menjadi pilihan pertama," ucap Kunto kepada CNNIndonesia.com, Kamis (24/2).
Menurutnya, efek Prabowo ditinggal pemilihnya pada Pemilu 2019 silam terlihat dari perolehan elektabilitas Prabowo saat ini. Menurutnya, jumlah pemilih Prabowo saat ini tersisa 50 persen dari perolehan suaranya di Pemilu 2019.
"Pemilih Prabowo 2019 itu 46 persenan sekarang 20 persenan itu kan terlihat juga [penurunan]," katanya.
Meskipun demikian, Kunto melihat masih ada peluang bagi Prabowo untuk menaikkan elektabilitas setelah ada deklarasi maju untuk Pilpres 2024. Apalagi bila Gerindra--partai yang dipimpinnya kini--membangun koalisi dengan parpol lain, dan juga dia mendeklarasikan siapa cawapres yang bakal mendampinginnya.
Di satu sisi, Kunto mengatakan ketokohan Prabowo pun bisa dimanfaatkan Gerindra untuk mendulang suara dan memenangkan Pemilu 2024 mendatang.
"Gerindra masih punya basis yang floating mass yang tidak pikir ideologi tapi melihat tokoh, dan Prabowo adalah tokoh besar yang bisa dipegang saat ini, ketokohan lain masih lokal. Prabowo bisa manfaatkan koalisinya untuk condong ke mana nantinya," kata dia yang juga pengajar di Universitas Padjadjaran tersebut.
Lihat Juga : |
Baca halaman selanjutnya, PR buat Gerindra untuk Prabowo.