Fakta-fakta Kolonel Priyanto Buang Handi dan Salsa ke Sungai

CNN Indonesia
Rabu, 16 Mar 2022 08:50 WIB
Keterangan sejumlah saksi mengungkap Kolonel Priyanto sebagai pelaku dominan dalam kasus dugaan pembunuhan berencana sejoli Handi dan Salsabila di Nagreg.
Keterangan sejumlah saksi mengungkap Kolonel Priyanto sebagai pelaku dominan dalam kasus dugaan pembunuhan berencana sejoli Handi dan Salsabila di Nagreg. (CNN Indonesia/Syakirun Niam)
Jakarta, CNN Indonesia --

Keterangan sejumlah saksi mengungkapkan Kolonel Infanteri Priyanto sebagai pelaku dominan dalam kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap sejoli Handi dan Salsabila di Nagreg, Jawa Barat.

Fakta-fakta ini terungkap dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Militer Tinggi II, Jakarta Timur, Selasa (15/3). Berikut sejumlah fakta yang dirangkum CNNINdonesia.com.

Kolonel Priyanto Ambil Alih Kemudi

Dalam persidangan, sopir Kolonel Priyanto, Kopda Andreas Dwi Atmoko mengungkapkan atasannya menolak membawa Handi dan Salsa ke puskesmas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andreas mengungkapkan ketika mobil sudah berjalan sekitar satu kilometer dari lokasi kecelakaan, Andreas mengaku mengantuk. Kolonel Priyanto kemudian mengambil alih kemudi darinya.

"Kenapa diganti (terdakwa), kenapa bukan (sopir) cadangan?" ujar Ketua Majelis Hakim Ketua, Selasa (15/3).

"Saya diperintah sama beliau, jadi saya turun, jadi beliau yang ambil kemudi," jawab Andreas.

Tolak Bawa Handi-Salsa ke Puskesmas

Di bawah kendali Kolonel Priyanto mobil itu terus melaju dan tidak berhenti di puskesmas. Andreas memohon atasannya agar berputar balik ke puskesmas, namun ditolak Kolonel Priyanto.

Andreas terus meminta agar Handi dan Salsa dibawa ke puskesmas. Ia yakin sejoli itu akan dicari orang dan khawatir suatu hari dirinya akan terjerat masalah.

Namun, Kolonel Priyanto justru meminta Andreas diam. Ia meminta agar sebagai prajurit, Andreas tak cengeng.

"Sudah diam, ikuti saya!," kata Andreas menirukan Kolonel Priyanto.

Mengklaim Pernah Bom Rumah Orang

Saat meyakinkan Andreas untuk mengikuti perbuatannya, Kolonel Priyanto mengklaim pernah mengebom rumah orang.

Kolonel Priyanto pun mengatakan mobil tersebut menuju suatu sungai di daerah Jawa Tengah.

"Kamu enggak usah cengeng, saya sudah pernah mengebom (rumah) tidak ketahuan," lanjut Andreas mengutip atasannya.

Cari Sungai Pakai Google Maps

Duduk di bangku samping sopir, Andreas kemudian melihat Kolonel Priyanto menggunakan aplikasi Google Maps dan mencari sungai.

Dalam perjalanan itu, mobil yang dikendarai Kolonel Priyanto sempat tersesat masuk perkampungan. Mereka lalu kembali ke jalan raya, mendatangi satu jembatan besar namun urung membuang, dan akhirnya kembali.

Membuang Handi dan Salsa dari Jembatan

Mobil Kolonel Priyanto berhenti di sebuah jembatan sekitar pukul 22.00 WIB. Dengan penerangan lampu kecil, mereka membuang Handi dan Salsa.

Andreas pun mengaku mendengar debur suara air sesaat setelah tubuh sejoli itu dilempar dari jembatan.

"Kenapa kamu tidak menolak?" tanya Hakim Ketua.

"Siap, sudah pasrah," jawab Andreas.



Beri Uang Rp6 Juta Hendak Ganti Cat Mobil

Setelah Kolonel Priyanto tiba di Yogyakarta, ia meminta Andreas mengganti warna cat mobilnya. Andreas menduga hal itu dilakukan agar aksi mereka tak ketahuan.

Kolonel Priyanto memberikan uang sebesar Rp6 juta. Namun, pengecatan mobil itu belum terlaksana, mereka ditangkap.

"Saya diperintahkan untuk mengubah warna mobil, diberi biaya Rp6 juta. Mungkin supaya tidak ketahuan," kata Andreas.

Saksi Sebut Handi Masih Hidup

Sementara itu, sejumlah saksi di lokasi kecelakaan di Nagreg menyatakan Handi masih hidup saat hendak dibawa ke dalam mobil Kolonel Priyanto.

Hal ini diungkapkan guru honorer di lokasi kejadian, Shohibul Iman; orang yang sedang memuat barang di warung kelontong, Subhan; dan pemilik warung kelontong, Teten Subhan.

(iam/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER