Asa Porter Stasiun Senen Mengais Rezeki dari Yang Datang dan Pergi
"Mau dibantu dibawakan barangnya?"
Kalimat sederhana itu mungkin sudah akrab di telinga para pelancong yang sering bepergian menggunakan jasa PT Kereta Api Indonesia (KAI). Ketimbang ucapan selamat datang di kota tujuan yang disampaikan pihak stasiun melalui pengeras suara.
Selama puluhan tahun Muhayan menjalani lakon hidup menjadi porter. Menawarkan bantuan tenaganya bagi orang-orang yang mungkin membutuhkan. Menggantungkan hidup sepenuhnya dari barang bawaan para penumpang.
Muhayan bercerita, pekan itu dirinya tengah kedapatan jadwal tugas pada siang hari. Artinya, ia hanya akan bekerja mulai pukul 07.00 WIB hingga 19.00 WIB saja.
"Jadi dibagi dua, siang sama malam. Kalau malam dari jam 19.00 WIB sampai 07.00 WIB. Masing-masing dibagi 50 porter yang bertugas," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Meski terkesan sederhana, usaha Muhayan itu tidak melulu berhasil. Kadang kala tawaran bantuan tersebut berujung penolakan ataupun senyuman singkat dari penumpang.
Kalau sudah begitu, ia hanya bisa menyingkir, mencoba peruntungan baru pada penumpang lainnya. Entah kepada mereka yang baru sampai selepas bepergian, ataupun mereka-mereka yang justru baru mau memulai perjalanan.
"Ya namanya jadi porter atau kuli angkut, kita enggak bisa memaksa mereka memakai jasa kita. Tapi ya kita mah percaya aja, namanya rezeki pasti ada jalannya," ujarnya sumringah.
Seperti hari itu misalnya. Meski sudah lima jam mangkal di lobi stasiun, baru ada dua orang penumpang yang menggunakan jasanya untuk mengangkut barang. Muhayan mengatakan, hingga jam satu siang, dirinya baru berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp30.000 dari kedua penumpang tersebut.
Menurutnya, tidak ada besaran tarif pasti bagi penumpang yang menggunakan jasa porter. Ia berkata, hal tersebut sepenuhnya berasal dari kemurahan hati penumpang saja. Rata-rata Muhayan dibayar Rp10.000 sampai Rp25.000 untuk jasanya itu.
Besaran upah tersebut, kata dia, tergantung dari berat barang bawaan milik penumpang. Hanya saja, penentuan berat barang itu sepenuhnya berdasarkan penilaian pelanggan. Muhayan bercerita, ia pernah membawa barang bawaan paling berat hingga mencapai 50 kg. Kala itu, ia pun hanya diberi ongkos oleh penumpang sebesar Rp25.000 saja.
"Kalau itu (tarif) murni dari pelanggan saja. Soalnya kalau berat sekalipun kita juga enggak enak minta tambahin. Paling kalau untuk penumpang yang mau pergi kita hanya bantu arahkan untuk pengecekan berat barang sebelum naik ke kereta," tuturnya.
Meski sudah menginjak usia 62 tahun, Muhayan mengaku masih kuat apabila diminta mengangkut barang dengan berat tersebut. Menurutnya, tidak ada kiat-kiat khusus yang dilakukan untuk menjaga staminanya untuk bekerja menjadi porter.
Selama masih semangat dan ada penumpang yang membutuhkan bantuan, ia selalu yakin bisa membawakan barang-barang tersebut. Terdengar klise memang, sampai akhirnya Muhayan membuktikan secara langsung dirinya mampu mengangkat barang bawaan seberat 40 kg milik penumpang ketiganya hari itu.
"Gimana, bener kuat kan, enggak bohong kan saya," ujarnya sambil berseloroh.
Lebih lanjut, Muhayan juga tidak ambil pusing meskipun saat ini banyak masyarakat yang mulai beralih menggunakan koper beroda dari kardus maupun tas jinjing. Sebab menurutnya, selalu ada pihak-pihak yang membutuhkan jasa para porter.
Semata-mata agar si empunya barang bisa santai bermain gawai atau tidak ingin merasakan kelelahan selepas menempuh perjalanan jauh dengan kereta api. Ihwal masa 'pensiun', Muhayan juga mengaku belum memikirkan hal itu lebih jauh.
Meskipun kerap diminta beristirahat oleh anak dan cucunya, ia justru merasa bingung apabila sehari-hari harus berdiam diri saja di rumah. Sebab, lebih dari separuh hidupnya sudah dihabiskan di lobi dan peron-peron Stasiun Pasar Senen.
Lihat Juga : |
Bagi Muhayan, apa yang ia lakukan saat ini hanya sekedar untuk menghabiskan waktu di usia lanjut. Sembari bercengkrama dengan rekan-rekan sejawat ataupun penumpang kereta yang datang silih berganti.
"Habisnya bingung, temen-temen saya di sini semuanya. Lagian enak di sini juga, tubuh jadinya gerak terus. Tapi sekarang mah sudah gak ada target, habis Asar juga nanti pulang, biar bisa buka bareng keluarga," ujarnya.