Surabaya, CNN Indonesia --
Kondisi penglihatan yang terbatas, tak bisa mematahkan tekad Amin Jakfar (42), untuk menunaikan ibadah haji di tanah suci umat Islam di Mekkah, Arab Saudi pada tahun ini.
Pria asal Kabupaten Pamekasan, Jaw Timur, yang tergabung dalam kloter 23 embarkasi Surabaya ini tak patah arang meski dirinya adalah penyandang disabilitas netra sejak lahir.
Ia tetap optimis dapat menjalankan panggilan ke tanah Ssuci untuk beribadah haji dengan maksimal. Dia pun menyerahkan diri kepada Yang Maha Kuasa untuk perjalanannya tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pasrahkan semua kepada Allah SWT, sebaik-baik penjaga. Saya optimis dengan niat yang kuat untuk berhaji, dapat melaksanakan semua rukun ibadah haji," kata Amin di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Senin (20/6).
Amin mengaku bersemangat untuk menjalani ibadah di tanah suci nanti. Meski ini kali pertama ia bakal menempuh perjalanan yang jauh.
"Saya hampir tidak pernah pergi ke luar kota. Paling jauh saya pergi ke Jember. Itupun cuma sekali. Sehari-hari saya mainnya ya ke tetangga dekat rumah," ceritanya.
Sehari-harinya, Amin mengaku dia biasa membantu dan menemani ibunya yang pensiunan guru di rumahnya di Pamekasan.
Ibunya pulalah yang mendaftarkan dirinya untuk berhaji bersama sejak 2011. Namun, karena alasan usia, Ibunda Amin batal berangkat.
Batalnya sang ibu berangkat haji karena faktor batasan usia itu pun diakui Amin sempat membuatnya merasa sedih.
"Alhamdulillah, ibu mendaftarkan kami bertiga, ibu, saya dan adik untuk berangkat haji 2011, sudah lama. Tapi tahun ini terpaksa ibu tidak bisa berangkat bersama-sama karena Beliau sudah berusia 66 tahun," ucap Amin.
"Sejujurnya kami sedih tapi ibu mendorong kami untuk tetap berangkat tahun ini karena kami tak tahu apa yang terjadi tahun depan," tambahnya.
Di tanah suci yang mustajabah nanti, tak lupa ia akan memanjatkan doa agar bisa memperoleh pendamping hidup yang bisa menerima kondisinya apa adanya.
Baca halaman selanjutnya, kisah dari pedagang Nasi Basi.
Mohammad Ilyas (48) jemaah haji asal Pasuruan, Jawa Timur, meyakini bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia ini, jika Tuhan telah berkehendak.
Ilyas mengaku dirinya tak percaya akhirnya bisa memenuhi panggilan ke 'Tanah Suci' apalagi dirinya sehari-hari mencari nafkah sebagai penjual karak. Sebagai informasi, karak merupakan nasi basi yang diolah kembali, dibumbui, hingga dapat menjadi kerupuk.
Bagi Ilyas, awalnya tak mungkin penjual karak seperti dirinya bisa berangkat ke tanah suci. Tapi, karena keinginannya yang teguh dan atas kehendak Allah hal itu bisa dicapainya.
"Saya ini kalau di kampung saya, dulunya diremehkan. Bisa dibilang saya termasuk golongan kelas bawah. Dari usia 4 tahun saya sudah ditinggalkan bapak," kata Ilyas, Jumat (17/6).
Ilyas bercerita dia mulai berjualan karak sejak 1995 silam, dengan mengayuh sepeda berkeliling rumah ke rumah warga di sekitar kampungnya.
"Saat itu ketika saya mulai usaha jual beli karak, saya membeli karak masih seharga Rp500 per kilogram. Lalu saya jual kembali seharga Rp1.000 per kilogram," katanya.
Menurutnya, dari hasil jual beli karak itu keuntungan yang diperolehnya tidak terlalu banyak. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan seseorang yang memintanya memimpin doa dan ceramah saat tasyakuran.
"Sambil jualan karak keliling-keliling, ada seorang pelanggan yang mengetahui kalau saya ini bisa ceramah, nyanyi juga bisa. Akhirnya sama dia, saya diundang ke acara tasyakurannya. Dari situ orang-orang tahu kalau saya bisa nada dan dakwah," ucapnya.
Hal tersebut kemudian menjadi penghasilan tambahan bagi dirinya. Pundi-pundi dari mengisi acara tasyakuran tersebut kemudian dikumpulkannya untuk mendaftar haji. Namun tetap saja uangnya tak cukup.
"Tahun 2011, modal saya untuk daftar haji cuma Rp 5 juta. Mana cukup uang segitu. Akhirnya saya mendaftar lewat dana talangan. Meskipun kalau dihitung-hitung, jatuhnya lebih mahal. Alhamdulillah sudah bisa saya lunasi," ucapnya.
Ilyas merasa sangat bersyukur karena dari hasil kerja keras penjual karak keliling selama ini, dia bisa berangkat haji. Sepulangnya dari tanah suci nanti ia juga berjanji akan terus melakoni usahanya.
"Insyaallah setelah pulang hajipun, saya tetap jual karak," kata dia.