ANALISIS

Arah Koalisi PDIP di Bayang Perang Dingin SBY dan Megawati

CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2022 15:30 WIB
'Perang dingin' Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Dewan Kehormatan Demokrat Susilo Bambang Yudhyono (SBY) disebut sebagai penghalang PDIP dan Demokrat berkoalisi. (ANTARA FOTO/Olhe)
Jakarta, CNN Indonesia --

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menutup pintu koalisi bagi PKS serta Partai Demokrat. Partai banteng beralasan kerja sama harus terbangun lewat ikatan emosional partai dan pendukung.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristyanto mengatakan pendukung partainya tak memiliki kedekatan emosional dengan PKS. Hasto menyebut secara ideologis kedua partai juga berseberangan.

Sementara dengan Demokrat, kata Hasto, dinamika politik membuat kedua partai sulit berkoalisi. Ia menyebut PDIP adalah partai yang memegang komitmen dalam sebuah kerja sama.

Hasto pun menyinggung pihak yang pernah menusuk PDIP dan Megawati Soekarnoputri jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 silam. Namun, Hasto tak menyebut pihak yang telah mengkhianati partainya.

Sudah menjadi rahasia umum, Megawati terlibat 'perang dingin' dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sejak 2003 lalu. Saat itu SBY menjabat Menko Polhukam di kabinet Megawati.

Dikutip dari buku Tjipta Lesmana Dari Soekarno Sampai SBY Intrik & Lobi Politik Para Penguasa (2008), terungkap bahwa jejak panas dingin hubungan Mega dan SBY dimulai pada 2003 atau setahun jelang Pilpres 2004.

Megawati telah menutup komunikasi dengan mantan menterinya itu usai SBY diketahui melakukan gerakan politik selama menjadi Menko Polhukam.

Ketum PDIP itu mencium gelagat SBY berhasrat maju di Pilpres 2004. SBY pun mengundurkan diri sebagai menteri pada Maret 2004. Ia kemudian mulai berkampanye lewat Partai Demokrat

Sejak saat itu, Megawati tak menjalin komunikasi dengan SBY. Saat debat capres 2004 pun, kata Tjipta, Megawati meminta panitia penyelenggara agar tak ada jabat tangan sesama capres.

Hasil Pilpres memenangkan SBY yang kala itu berpasangan dengan Jusuf Kalla. Megawati juga tidak hadir saat pelantikan dan sumpah jabatan presiden dan wakil presiden.

Upaya islah antara keduanya pun gagal dilakukan.

Teranyar, politikus senior PDIP Panda Nababan menyebut Megawati sempat ingin memperbaiki hubungannya dengan SBY. Panda pun dikirim ke Istana.

Ketika bertemu Panda eminta SBY menjawab lima pertanyaan.

Pertama, apa benar SBY pernah mengucapkan kepada banyak orang 'Saya ini sebenarnya sudah di comberan, dijadikan orang sama Mega'? Kedua, apakah SBY mau maju menjadi calon presiden atau wakil presiden?

Kemudian Ketiga, apa benar SBY membuat partai saat menjabat Menko Polhukam? Keempat, apa benar SBY pernah berminat menjadi cawapres Mega? Kelima, apa benar Mega tak diundang di rapat kabinet?

Menurut Panda, lima pertanyaan itu tak ada yang dijawab oleh SBY. Di Istana, mendengar pertanyaan itu SBY hanya menerawang ke langit-langit dan diam hingga satu jam.

"Nah, lima ini, waktu saya sampaikan, dia (SBY) cuma menerawang, melihat langit-langit, gitu lho. Ada satu jam lebih, tidak dijawab. Lalu kemudian saya kembali ke Ibu Mega," kata Panda.

Dengan berbagai perbedaan ideologi serta konflik tersebut, PDIP dinilai sulit koalisi dengan PKS dan Demokrat. PDIP pun dianggap lebih memilih bekerja sama dengan partai politik lain.

Berlanjut ke halaman berikutnya...

PDIP Koalisi dengan Partai Setuju Usung Puan


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :