Sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih terlihat normal usai Jokowi resmi naikkan harga BBM.
Pantauan CNNIndonesia.com di beberapa SPBU di Kota Kupang masih terlihat lengang. Tidak ada antrian kendaraan dan masih berjalan normal.
Seperti SPBU di Jalan Timor Raya KM5 Pasir Panjang, KM8 Kelapa Lima dan KM10 Oesapa. Begitu pun SPBU di Jalan Pulau Indah dan SPBU di Jalan Frans Leburaya Kelurahan TDM serta SPBU Liliba. Semuanya masih nampak normal dan tidak ada antrian kendaraan pasca kenaikan BBM.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petugas SPBU juga mengaku belum mengetahui tentang kenaikan harga.
"Belun tahu," kata Rina salah satu petugas SPBU.
Rina juga mengatakan, sampai Sabtu (3/9) sore pukul 16.00 belum ada instruksi dari pertamina atau pemilik SPBU untuk merubah harga di mesin pengisian BBM baik itu Pertalite maupun Solar. Sehingga masih menggunakan harga lama.
"Pertalite masih Rp7.650, solar masih Rp5.150," kata Sandi petugas SPBU lainnya.
Pengoperasian mesin pengisian pun masih tetap dan belum ada perubahan sama sekali.
Sementara itu, beberapa pengendara sepeda motor yang ditemui menjelaskan masih belum tahu tentang adanya kenaika harga BBM Pertalite menjadi Rp. 10 ribu dan Solar Rp. 6.800.
Rey, seorang tukang ojek online mengatakan jika kenaikan sampai 10 ribu maka itu akan sengat memberatkan. Jika tarif ojol tidak dinaikan maka sudah pasti penghasilan mereka akan merosot.
"Sebenarnya keberatan (naiknya BBM) tapi kalau sudah dinaikan oleh pemerintah ya mau bagaimana lagi," kata Rey kepada CNNIndonesia.com.
Menurut Rey, jika harga BBM naik tapi tidak diikuti dengan kenaikan tarif maka sudah pasti akan sangat memberatkan.
"Dalam sehari pasti uang hanya habis untuk isi BBM di motor saja," ujar Rey.
Hal senada disampaikan Intho dan Putra warga Kota Kupang lainnya. Mereka sangat keberatan dengan kenaikan harga khususnya pertalite. Karena disamping harga BBM naik pasti akan diikuti dengan kenaikan pada harga-harga lainnya juga yang bisa berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
"Sangat keberatan, karena pasti semua barang akan naik lagi, terus kita mau makan bagaimana kalau semua barang baik," kata Intho dan Putra yang sehari-hari bekerja serabutan.