Nestapa Mata Merah Korban Kanjuruhan Disemprot Gas Kedaluwarsa
Sudah berbelas hari sejak Tragedi Kanjuruhan pascalaga Arema FC versus Persebaya Surabaya di Malang, Jawa Timur, pada Sabtu malam (1/10) lalu.
Sejak saat itu, para penonton yang terdampak gas air mata hasil tembakan aparat di dalam stadion masih mengalami imbasnya setidaknya hingga kini.
Salah satunya adalah Raffi Atha Dziaulhamdi (14) yang matanya masih merah karena dampak gas air mata setidaknya hingga lebih dari 10 hari. Pada malam tragedi yang menewaskan setidaknya 132 orang itu, Raffi duduk di Tribun 10 atau di bagian selatan Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
"Saya di kepulan asap [gas air mata] itu," ujar Raffi dilansir dari detikcom, Rabu (12/10).
Ia bercerita kala gas air mata diketahui mulai ditembaki aparat ke arah tribun, dia dan kawan-kawan sejatinya sedang menuju pintu keluar. Dia mengaku terburu-buru untuk keluar melalui pintu di Tribun 12 dan berdesak-desakan dengan penonton lain yang panik karena menghindari gas air mata.
Raffi kesulitan bernapas, sesak, mata perih, dan akhirnya pingsan setidaknya sekitar 2 jam. Beruntung, dia bisa kembali ke rumah. Namun, matanya terus merah alias tak kunjung pulih dampak asap gas air mata itu.
Ayah Raffi, Sutrisno (45) pun membawa anaknya mendapatkan perawatan medis, meski diakuinya tak memiliki banyak dana guna menutupi biaya pengobatannya.
Setidaknya 11 hari berlalu usai tragedi Kanjuruhan, Raffi mulai kembali masuk sekolah dengan matanya yang masih merah. Dia juga mengaku masih trauma dengan kejadian itu.
Pendarahan Subkonjungtiva Korban Gas Air Mata Kanjuruhan
Perihal mata merah yang dialami para korban terdampak gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Dokter spesialis mata RS Mayapada Tangerang Novia Rahayu menduga kondisi tersebut sebagai bentuk dari pendarahan subkonjungtiva.
Ia menjelaskan kondisi itu terjadi karena luka pada pembuluh yang menyebabkan darah merembes keluar di bagian mata tersebut.
"Kalau sekadar iritasi atau peradangan mata biasa, umumnya warna mata lebih ke pink. Sedangkan kondisi ini merah menyala. Itu khas terjadinya perdarahan subkonjungtiva," jelas Novia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (11/10).
Menurut Novia, gas air mata tidak secara langsung menyebabkan pendarahan subkonjungtiva. Proses kondisi ini dapat berawal dari kandungan iritan pada gas air mata yang membuat pembuluh darah pada mata melebar sehingga terjadi pendarahan.
"Apalagi dengan adanya zat iritan yang bikin mata terasa gatal, panas, berair sehingga dikucek-kucek. Bisa jadi trauma mekanis kucekan tangan dapat memicu terjadi rembesan darah keluar dari pembuluh darah subkonjungtiva," demikian penjelasan Novia.
Sementara itu, anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Rhenald Kasali menyatakan korban gas air mata di Stadion Kanjuruhan membutuhkan waktu sebulan hingga sembuh seperti sediakala terutama di bagian mata.
"Matanya, menurut dokter perlu waktu sebulan untuk kembali normal. Itu pun kalau bisa normal," kata Rhenald di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (10/10).
Gas Air Mata Kedaluwarsa
TGIPF menemukan dugaan gas air mata yang ditembakkan aparat di Stadion Kanjuruhan telah kedaluwarsa atau melebihi batas masa guna. Hal itu diakui juga oleh Polri.
Menko Polhukam Mahfud MD juga menyatakan kandungan gas air mata yang digunakan aparat dalam insiden di Stadion Kanjuruhan Malang tengah diperiksa di laboratorium.
Namun, pihak kepolisian membantah bahwa gas air mata kedaluwarsa itu berbahaya. Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo pada Senin (10/10) mengatakan kemampuan atau efek gas air mata justru menurun setelah melewati batas masa guna alias kedaluwarsa.
Kepolisian pun menyatakan gas air mata bukan biang kerok korban jiwa berjatuhan. Menurut pihaknya banyak orang meninggal di Tragedi Kanjuruhan karena kekurangan oksigen saat berdesak-desakkan akibat pintu tertutup atau terbuka terbatas.
Hal itu pun ditanggapi salah satu Aremania Rafi Maulana. Menurutnya penonton tak akan panik berdesak-desakan ingin keluar bila gas air mata tak digunakan aparat.
"Apakah itu tidak menjadi penyebab kematiannya juga? kalau memang kondisinya gas air mata itu tidak mematikan, ya monggo dicoba dalam keadaan yang sama," sindirnya.