Sepekan Lebih Gas Air Mata Kanjuruhan, Mata Para Korban Masih Merah

CNN Indonesia
Selasa, 11 Okt 2022 22:07 WIB
Sejumlah korban luka dari Tragedi Kanjuruhan masih belum pulih setelah 10 hari berlalu. Mata korban masih merah terkena gas air mata.
Korban selamat Tragedi Kanjuruhan Raffi Atha Dziaulhamdi (14) matanya memerah usai terkena tembakan gas air mata polisi. (Detik/M Bagus Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah korban luka dari Tragedi Kanjuruhan masih belum pulih setelah sepekan lebih kejadian berlangsung. Mata para korban selamat ini masih berwarna merah.

Salah satunya, Raffi Atha Dziaulhamdi (14), hingga saat ini matanya memerah terkena gas air mata.

Kondisi Raffi sempat viral di media sosial pada Minggu (9/10) lalu. Foto-foto kondisi mata Raffi yang tak kunjung membaik telah tersebar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada laga Arema FC kontra Persebaya itu Raffi duduk di Tribun 10 atau di selatan. Ia menonton bersama saudara dan teman-temannya pada Sabtu (1/10) malam itu.

Ia mengaku terpapar kepulan asap gas air mata saat tengah berjalan ketika turun dari tribun. Saat berjalan, ia terkena tembakan gas air mata.

"Kemudian peluit tanda berakhirnya babak kedua dibunyikan. Sekitar 15 menit setelahnya saya turun ke tribun berdiri. Pas jalan, dari aparat menembakkan gas air mata dan saya di kepulan asap itu," ujar Raffi saat dilansir dari detikcom, Kota Malang.

Raffi kemudian menyelamatkan diri melalui pintu keluar di Tribun 12. Akan tetapi, karena berdesak-desakan ia kesulitan bernapas dan akhirnya pingsan selama kurang lebih 2 jam.

Ayah Raffi, Sutrisno (45) mengungkapkan dirinya kesulitan menebus obat untuk anaknya. Saat itu, Raffi dibuatkan resep untuk membeli 5 jenis obat. Tapi, 3 jenis obat tidak ada. Terlebih Sutrisno tidak memiliki uang cukup dan harus berdebat dengan kasir apotik RSSA. Akhirnya, Sutrisno meminta agar anaknya dirujuk ke RS Hermina.

Kevia Naswa juga mengalami nasib seruma. Mahasiswi Widyagama Malang ini juga masih merah matanya saat ditemui kemarin.

Dilansir dari Detikcom, Kevia tak menyangka kedatangannya di Stadion Kanjuruhan kala itu menjadi petaka. Dia tak menyangka kedatangannya bersama dengan teman-temannya Sabtu 1 Oktober 2002 berakhir tragedi yang merenggut 132 nyawa.

Kevia masih ingat saat dirinya berlarian berusaha menghindari gas air mata yang ditembakkan di tribun 12 dan 13. Saat itu dia berada di tribun 14, namun asapnya terasa perih di matanya.

"Saya lihat ada tembakan gas air mata di tribun 12 dan 13. Kan jelas asapnya kena angin ke tribun 14 juga. Meski jarak gas air mata sama saya jauh, tapi rasa perih dan sesak nafas juga saya rasakan," ujar Kevia.

Ia mengaku sempat tidak mampu melihat apapun. Meski sempat khawatir mengalami kebutaan, namun dirinya bersyukur masih bisa melihat.

Kini meski sudah bisa melihat, mata Kevia masih memerah.. Selain matanya masih memerah, dirinya sempat sesak nafas berhari-hari dan pusing karena menghirup gas air mata.

Kevia Naswa, korban tragedi kanjuruhan malangKevia Naswa, korban tragedi kanjuruhan malang yang matanya masih merah setelah terkena gas air mata. Foto: Detikcom/M Bagus Ibrahim

Tak cuma mata merah, Kevia juga mengatakan saat ini di wajahnya muncul bintik-bintik mirip pasir dan flek di wajah bagian kanan. Bagian wajahnya itu menurutnya juga terkena terpaan asap gas air mata.

Sementara itu, Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Rhenald Kasali menyatakan korban gas air mata di Stadion Kanjuruhan membutuhkan waktu sebulan hingga sembuh seperti sediakala terutama di bagian mata.

"Matanya, menurut dokter perlu waktu sebulan untuk kembali normal. Itu pun kalau bisa normal," kata Rhenald di Kemenko Polhukam, Senin (10/10).

Korban tewas Tragedi Kanjuruhan bertambah satu orang pada Selasa (11/10). Korban tewas terbaru adalah suporter Arema FC atau Aremania, Helen Pricela yang sempat menjalani perawatan intensif di ICU RSUD dr Saiful Anwar (RSSA), Malang.

Direktur RSUD dr Saiful Anwar, dr Kohar Hari Santoso mengatakan penyebab meninggalnya Helen karena dia mengalami syok berat.

"Waktu kejadian pasien mengalami cedera pinggang sehingga terjadi perdarahan dan syok yang cukup serius," kata Kohar saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Selasa (11/10).

Penjelasan Dokter

Dokter spesialis mata RS Mayapada Tangerang Novia Rahayu menduga kondisi tersebut sebagai bentuk dari pendarahan subkonjungtiva. Kondisi ini disebabkan oleh luka pada pembuluh darah yang menyebabkan darah merembes keluar.

Disebut subkonjungtiva karena perdarahan tersebut terjadi di konjungtiva atau selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Gangguan peradangan pada konjungtiva diketahui dapat menyebabkan bagian putih mata terlihat kemerahan atau berwarna merah muda.

"Kalau sekadar iritasi atau peradangan mata biasa, umumnya warna mata lebih ke pink. Sedangkan kondisi ini merah menyala. Itu khas terjadinya perdarahan subkonjungtiva," jelas Novia pada saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (11/10)

Novia menegaskan bahwa gas air mata tidak secara langsung menyebabkan pendarahan subkonjungtiva. Proses kondisi ini dapat berawal dari kandungan iritan pada gas air mata yang membuat pembuluh darah pada mata melebar sehingga terjadi pendarahan.

"Apalagi dengan adanya zat iritan yang bikin mata terasa gatal, panas, berair sehingga dikucek-kucek. Bisa jadi trauma mekanis kucekan tangan dapat memicu terjadi rembesan darah keluar dari pembuluh darah subkonjungtiva," jelas Novia.

Tak hanya kucekan tangan, Novia juga menyebut bahwa dalam insiden kanjuruhan tersebut faktor-faktor seperti kerusuhan yang membuat para korban terhimpit, terinjak, dan emosi yang tinggi juga dapat menjadi pemicu perdarahan subkonjungtiva.

Namun demikian, Novia menjelaskan bahwa kondisi tersebut tak berbahaya dan dapat hilang dalam jangka waktu 1-2 pekan.

"Kondisi ini sebetulnya tidak berbahaya. Tidak akan membuat efek samping lain ke dalam struktur bola mata. Jadi, walaupun kelihatannya menakutkan, tapi tidak ada efek samping jangka panjang ke mata," imbuh Novia lebih lanjut.

Selama tidak ada keluhan nyeri hebat, penglihatan buram ataupun keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, lanjutnya, pada umumnya kondisi ini akan membaik secara perlahan.

"Pembuluh darah itu punya kemampuan untuk menguncup sendiri atau mengecilkan pembuluh darah, dan nanti darah yang sudah sempat rembes akan diserap sendiri dengan mata. Dia akan pelan-pelan kembali normal," pungkasnya.

Gas Air Mata Kedaluwarsa

Mabes Polri mengakui sejumlah gas air mata yang digunakan aparat dalam insiden di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10) malam lalu telah kedaluwarsa atau melewati batas masa guna.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan sejumlah gas tersebut telah kedaluwarsa sejak 2021.

"Ya ada beberapa yang diketemukan ya. Yang tahun 2021, ada beberapa ya," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Sealtan, Senin (10/10).

Namun, Dedi mengatakan pihaknya belum dapat memastikan berapa jumlah gas air mata yang telah kedaluwarsa tersebut. Dia bilang hal itu masih didalami tim Laboratorium Forensik Polri.

Selain itu, katanya, gas air mata yang telah kedaluwarsa justru mengalami penurunan dari segi fungsi. Sehingga, fungsi gas air mata yang telah kedaluwarsa bisa tak lagi efektif.

Menurut Dedi, aparat kepolisian saat itu menggunakan tiga jenis gas air mata. Masing-masing jenis memiliki perbedaan skala dampak jika ditembakkan.

"Saya belum tahu jumlahnya tapi masih didalami oleh Labfor tapi ada beberapa. Tapi sebagian besar yang digunakan adalah tiga jenis ini," kata jenderal bintang dua.

(cfd/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER