Lambang palang merah lengkap dengan nomor 866 terpatri di bagian lambung sebuah kapal besar yang bersandar di Dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (16/11). Lambang palang merah menandakan itu adalah kapal rumah sakit, namun, bukan milik Indonesia.
Kapal itu adalah kapal rumah sakit milik Tentara Pembebasan Rakyat China, Peace Ark. Kapal berlabuh di dermaga tersebut sejak Kamis (10/11) lalu.
Misi kapal ini adalah untuk memberikan layanan kesehatan kepada warga Indonesia dan warga keturunan China di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini adalah misi kemanusiaan Peace Ark ke luar negeri yang ke-10 setelah pada 2013 melakukan kunjungan ke Indonesia.
Ark Peace merupakan kapal rumah sakit yang dirancang dan dibangun oleh China. Kapal itu dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih sehingga mampu melakukan diagnosis dan perawatan serta operasi biasa.
Pertama kali kapal bersandar, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan Peace Ark harus mengantongi izin Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jika ingin memberikan pengobatan gratis.
Belakangan, kementerian yang dipimpin Budi Gunadi Sadikin itu telah memberi izin Peace Ark melakukan pemeriksaan yang bersifat sederhana hingga 18 November.
Puluhan masyarakat telah mengantre untuk berobat di kapal tersebut. Sejumlah tenaga medis juga terlihat hilir mudik di tenda-tenda kesehatan.
Namun, ada aturan yang diterapkan untuk mendapat pelayanan kesehatan gratis tersebut.
Bagi pasien WNI, hanya diizinkan sebatas konsultasi dan pemeriksaan ringan (non invasif). Tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam kapal, tidak diizinkan untuk melakukan pengobatan di kapal, tidak diizinkan menerima obat-obatan termasuk vaksin dari pihak China.
Selain itu, pelayanan kesehatan yang diberikan kepada WNI dilakukan di luar kapal rumah sakit. Sedangkan pelayanan kesehatan bagi WNA Cina dapat dilakukan di kapal.
Hingga pukul 10.00 WIB, antrean masyarakat yang ingin mendapat layanan kesehatan di kapal itu telah mencapai 300 orang. Pelayanan dihentikan sekitar pukul 11.00 WIB dan dilanjutkan lagi pada pukul 14.00 WIB.
![]() |
Salah satu masyarakat yang ikut mendapat layanan adalah Joni. Ia mengaku diperiksa kondisi jantung, mata, dan paru-paru.
Hasilnya, terdeteksi ada masalah di paru-paru kakek berusia 64 tahun tersebut.
"Paru-paru diberikan rujukan ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut," kata Joni.
Ia mengetahui kabar soal pelayanan kesehatan gratis itu dari pesan berantai di WhatsApp grup. Lantaran tengah berada di Jakarta, Joni pun memanfaatkannya.
"Saya asal dari Malang. Tahu ada kapal ini dari WA grup. Kebetulan saya ada keperluan di Jakarta sekalian," ujarnya.
Usai diperiksa, Joni mengaku tidak diberikan obat. Ia memang tidak mau menuntut banyak.
"Pelayanannya enak. Cuma karena gratis ya kita harus tahu diri. Tidak bisa menuntut yang bagaimana ya. Tidak memberi obat hanya konsultasi," ucapnya lagi.
"Bukan hanya mengawasi, tapi kita ikut. Artinya sambil mengontrol, kita juga ada di dalamnya, meyakinkan semuanya," ucapnya.