Dugaan motif pelecehan seksual terhadap Putri yang mendasari pembunuhan Brigadir J dianggap janggal karena Ferdy Sambo masih sempat melakukan kegiatan badminton satu hari sebelum eksekusi penembakan.
Ahli Kriminologi Muhammad Mustofa meyakini kasus Ferdy Sambo merupakan pembunuhan berencana. Pasalnya, dalam pembunuhan tidak berencana, perbuatan yang dilakukan biasanya merupakan pembunuhan reaksi seketika.
"Jadi tidak ada jeda waktu lagi menyaksikan istrinya diperkosa, dia lakukan tindakan misalnya tembakan terhadap pelaku (pemerkosa). Tidak ada jeda waktu untuk berpikir melakukan tindakan-tindakan lain," ujar Mustofa saat dihadirkan sebagai saksi ahli di persidangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Mustofa pun menggarisbawahi soal lemahnya bukti dugaan pelecehan yang mendasari pembunuhan Brigadir J. Sejauh ini dugaan pelecehan seksual hanya berdasar pada pengakuan Putri saja. Sehingga motif pelecehan di Magelang masih dipertanyakan.
"Yang jelas adalah ada kemarahan yang dialami oleh pelaku, yang berhubungan dengan peristiwa di Magelang tapi tidak jelas," jelas Mustofa.
Saksi ahli poligraf Aji Febrianto Ar-Rosyid membeberkan scoring hasil tes poligraf terdakwa Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bripka RR, Kuat Ma'ruf dan Bharada E di persidangan.
Ia menyebut hasil tes FerdySamboyang mendapat nilai -8 dan Putri Candrawathi -25. Hasil tes sejoli suami-istri itu sama-sama menunjukkan indikasi kebohongan.
Bharada E menjalani satu hasil tes dengan pertanyaan 'Apakah kamu memberikan keterangan palsu kamu menembak Yosua?'.
"Richard menjawab tidak dan jawabannya jujur, Richard ini menembak Yosua,"ujar Aji.
Sementara Bripka RR menjalani dua tes uji kebohongan dengan nilai +11 untuk tes pertama dan nilai +19 untuk tes kedua.
Aji menyebut hasil pemeriksaan terhadap Bripka RR menunjukkan keterangan adalah jujur bahwa dia tak melihat Sambo menembak Brigadir J.
Kuat Ma'ruf disebut Aji menjalani dua kali tes poligraf, dengan nilai masing-masing +9 dan -13 untuk tes kedua.
Tes pertama dengan pertanyaan 'Apakah kamu memergoki persetubuhan Ibu Putri dengan Yosua'. Kuat menjawab tidak memergoki peristiwa itu dan hasilnya, kata Aji, dinyatakan jujur.
"Indikasi kedua 'Saudara Kuat tanggal 9 September, apakah kamu melihat Pak Sambo menembak Yosua?' Jawaban Kuat tidak. Indikasi berbohong," kata Aji.
(lna/gil)