9 Tahun Jokowi, Petugas Partai yang Kini Total Pegang Kendali

CNN Indonesia
Jumat, 20 Okt 2023 09:58 WIB
Jokowi yang kerap disebut sebagai petugas partai oleh Megawati, kini makin berani mengendalikan konstelasi politik di Indonesia.
Jokowi yang kerap disebut sebagai petugas partai oleh Megawati, kini makin berani mengendalikan konstelasi politik di Indonesia. (REUTERS/AJENG DINAR ULFIANA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kerap menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo adalah petugas partai. Di balik lekatnya julukan itu, Jokowi justru dianggap mampu mengendalikan konstelasi politik di Indonesia, bahkan terkesan berani 'berhadapan' dengan Megawati.

Masih terngiang jelas pesan perdana Megawati kepada Jokowi saat didukung sebagai capres jelang Pilpres Mei 2014. Saat itu, Mega mendeklarasikan Jokowi jadi calon presiden dari PDIP dengan tetap berstatus sebagai "petugas partai".

"Pak Jokowi sampeyan tak jadikan capres, tapi Anda adalah petugas partai yang harus menjalankan tugas partai," kata Megawati di kantor Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, 14 Mei 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jokowi pada momen itu didukung untuk maju sebagai calon presiden untuk maju di Pilpres 2014. Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK). Kala itu Jokowi masih berstatus sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Ucapan Mega soal Jokowi petugas partai saat itu ramai menjadi pembicaraan publik. Jokowi pun mengakui jika dirinya merupakan petugas partai. Namun, ia menampik statusnya tersebut akan memengaruhi kerjanya di pemerintahan.

Lihat Juga :
ANALISIS
Sinyal Kuat Jokowi Vis-a-vis Megawati di Pilpres 2024

Singkat cerita, Jokowi-JK menang di Pilpres 2014 lalu melawan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Jokowi juga kembali terpilih sebagai presiden untuk periode kedua usai memenangkan Pilpres 2019 dengan menggandeng Ma'ruf Amin.

Kemenangan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019 tidak membuat Megawati berhenti melepaskan predikat Jokowi sebagai "petugas partai" di depan publik.

Seiring waktu, Jokowi makin berani menunjukkan sikap politiknya. Dia bukan hanya petugas partai biasa. Di periode kedua masa jabatannya sebagai presiden, Jokowi terlihat mulai membangun kekuatan "politik keluarga" melalui anak dan menantu.

Putranya, Gibran Rakabuming Raka ikut dimajukan dan terpilih sebagai wali kota Solo pada Pilkada 2021. Di tahun yang sama, menantunya, Bobby Nasution juga maju dan terpilih sebagai Wali Kota Medan, Sumatera Utara. Baik Gibran dan Bobby sama-sama diusung oleh PDIP.

Baru-baru ini, putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, menghentak publik usai diumumkan sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), hanya dua hari berselang ia bergabung dengan partai itu. 

Sebelumnya Kaesang tak pernah bergabung dengan partai politik apapun. 

Mega sempat mengungkit peran PDIP bagi Jokowi di hadapan ribuan kader PDIP dalam acara peringatan HUT ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran Januari 2023 lalu. Dia menyinggung soal dukungan yang diberikan oleh PDIP.

Megawati menuturkan PDIP mendukung Jokowi secara legal formal atau aturan perundang-undangan yang berlaku.

"Pak Jokowi itu ya ngono loh, mentang-mentang. Lah iya, padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan juga, duh kasihan dah," kata Megawati.

INSERT Karpet Merah untuk Jokowi & KeluargaINSERT: Karpet Merah untuk Jokowi & Keluarga. (CNN Indonesia/Agder Maulana)

Jokowi membangun dinasti

Peneliti Formappi Lucius Karus menganggap kiprah Jokowi sebagai presiden selama sembilan tahun terakhir ini tak sekadar sebagai petugas partai, melainkan juga memainkan peranannya sebagai politikus.

"Dia dari bukan siapa-siapa, tapi bisa mengendalikan yang paling kuat sekalipun," kata Lucius kepada CNNIndonesia.com, Rabu (18/10).

Lucius menilai Jokowi terlihat sedang menanamkan pengaruh keluarganya di kancah politik. Caranya dengan membangun sebuah dinasti politik melalui penempatan anak-anaknya di jabatan publik jelang lengser dari jabatan presiden pada 2024 mendatang.

Baginya, sulit beranggapan bila Jokowi tak ikut-ikutan memberikan pertimbangan bagi anak-anaknya untuk mengisi posisi kepala daerah atau ketum parpol selama ini.

"Sulit mengatakan Jokowi tak ikut memberikan pertimbangan pada langkah politik pada anak dan keluarganya. Saya kira semangat membangun dinasti itu muncul dari Jokowi," kata dia.

Lucius menganggap kondisi demikian wajar dalam kancah perpolitikan. Pasalnya, ia melihat Jokowi nantinya tak lagi memegang jabatan kekuasaan tertinggi usai lengser dari presiden.

Menurutnya, Jokowi pasti bersandar pada kekuatan anak-anaknya untuk tetap mendapatkan pengaruh di panggung politik Indonesia.

"Dan perjalanan biasa yang sudah menikmati kekuasaan, dan sadar dia sebentar lagi akan kehilangan itu. Jadi ini fase ketakutan Jokowi akan berakhirnya masa jabatan dia sebagai presiden. Dorongan itu manusiawi sekali. Sehingga dia tetap bertahan, apa yang dia lakukan, termasuk mendorong anak-anaknya," kata dia.

Jokowi sendiri tak ambil pusing dengan anggapan yang menyebut dirinya sedang membangun dinasti, jika Gibran menjadi bakal cawapres pendamping Prabowo Subianto. Dia hanya tertawa mendengarnya dan menyerahkan penilaian tersebut ke masyarakat.

"Serahkan masyarakat saja," kata Jokowi sambil tertawa di Indramayu, Jumat (13/10).



Melemahnya oposisi, mengendalikan koalisi

Tak hanya membangun kekuatan politiknya sendiri, Jokowi juga mampu melakukan konsolidasi kekuatan koalisi parpol di eksekutif dan legislatif.

Terhitung, mayoritas parpol yang memiliki kursi di DPR mendukung pemerintahan Jokowi di periode 2019-2024. Parpol yang berada di koalisi tersebut yaitu PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, NasDem, PAN, PPP.

Tiap-tiap parpol koalisi itu turut menyumbangkan kadernya mengisi kursi menteri di pemerintahan Jokowi. Hanya PKS dan Demokrat saja yang kini memilih berada di luar pemerintahan.

Jumlah parpol koalisi pendukung pemerintahan Jokowi yang memiliki kursi di parlemen saat ini mengalami perkembangan ketimbang di periode pertama kepemimpinannya. Di periode pertama ia didukung oleh PDIP, Hanura, PKB, Nasdem, Golkar, dan PPP. Sementara Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat berada di luar pemerintahan.

Mayoritas parpol yang berada di koalisi pemerintah membuat fungsi pengawasan di DPR menjadi lemah.

Baca halaman selanjutnya...

Oposisi Melemah Luar-Dalam

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER