Debat Cawapres, 'Pepesan Kosong' Atau Bisa Dongkrak Elektabilitas?
Debat pertama calon wakil presiden (cawapres) digelar KPU pada Jumat (22/12), menampilkan Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.
Mereka akan beradu gagasan soal ekonomi kerakyatan, ekonomi digital, keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan APBN/APBD, infrastruktur, dan perkotaan.
Saat ini, sejumlah survei terbaru menempatkan paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran di posisi puncak. Pasangan itu meninggalkan Anies Baswedan-Cak Imin dan Ganjar Pranowo-Mahfud.
Survei Litbang Kompas mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 39,3. Disusul Anies-Cak Imin 16,7 persen dan Ganjar-Mahfud 15,3 persen.
Lalu, survei Indikator Politik Indonesia menyatakan elektabilitas Prabowo-Gibran 45,8 persen, Ganjar-Mahfud 25,6 persen, dan Anies-Cak Imin 22,8 persen.
Namun, Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief menilai debat cawapres tak ubahnya 'pepesan kosong'.
Menurutnya, posisi wapres dalam pemerintahan sebagai ban serep. Sebab, wapres tak punya wewenang meneken suatu kebijakan.
Lantas apakah debat cawapres bisa mendongkrak elektabilitas masing-masing paslon?
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah berpendapat ajang debat memang tak banyak mempengaruhi elektabilitas. Namun, kata dia, saat ini masih banyak pemilih bimbang atau undecided voters yang masih cukup,
Survei Litbang Kompas terbaru mencatat jumlah pemilih bimbang mencapai 28,7 persen. Menurut dia, gelaran debat jadi penting.
"Debat tidak banyak pengaruhi elektabilitas, hanya saja membaca data saat ini di mana pemilih gamang masih cukup besar, sehingga debat menjadi harapan, meskipun sejauh ini belum terbukti berpengaruh," kata Dedi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (20/12).
Lihat Juga : |
Dedi berpendapat debat akan jadi penentu pilihan kelas menengah atas. Melalui debat, publik bisa tahu apa saja janji dan bagaimana para paslon akan mengimplementasikannya nanti.
"Persoalan ada anggapan debat sebagai pepesan kosong karena mereka politisi. Kebanyakan politisi memang alergi pada substansi politik, lebih mementingkan gimik," ujarnya.
Dedi menyebut pihak yang menganggap debat tidak diperlukan lagi ialah mereka yang merasa elektabilitasnya sudah tinggi.
"Atau mereka memang tidak mampu lakukan adu gagasan," ucap dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Algoritma sekaligus dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana berpendapat debat akan mempengaruhi elektabilitas. Namun, ia menyebut dampaknya tidak terasa langsung di hari H debat, tapi pasca debat.
"Setelah hari debat itu kan ada amplifikasi yang dilakukan timses. Media juga melakukan hal yang sama, sehingga kalau ditanya apakah punya pengaruh. Saya punya keyakinan punya pengaruh," kata Adit kepada CNNIndonesia.com.
Adit menjelaskan debat akan memantik diskusi. Para cawapres akan berusaha menaikkan elektabilitas dan menurunkan elektabilitas lawan.
"Bagi yang masih dalam posisi rendah dia berusaha untuk menggerus yang tinggi, yang tinggi berusaha untuk merendahkan yang sudah rendah," ujar dia.
Kendati begitu, kata Adit, esensi debat sebetulnya bukan untuk mendongkrak elektabilitas. Menurutnya, debat jadi momen paslon menggaet pemilih bimbang.
Namun, di tengah tingginya angka pemilih bimbang hari ini debat akan menjadi krusial. Momen itu akan menjadi salah satu pertimbangan mereka dalam menentukan pilihan.
Sejumlah survei juga menunjukkan pemilih hari ini menunggu pemaparan visi,misi, dan program kerja para paslon. Karena itu, debat kandidat akan menjadi ajang resmi bagi para paslon untuk menyampaikan gagasan yang mereka usung.
Adit juga merespons pernyataan Andi Arief yang menyebut debat cawapres bak pepesan kosong.
Adit menilai capres-cawapres dipilih secara berpasangan, sehingga penting untuk melihat sinkronisasi program keduanya.
"Ketika dia satu paket, maka kita harus bisa melihat pandangan atau program kerja yang mereka miliki itu sinkron atau menjadi satu kesatuan enggak antara satu orang dengan orang lain," tegasnya.
Adit menyebut meskipun yang berdebat adalah cawapres, tetapi apa yang para cawapres sampaikan itu merepresentasikan capres sekaligus timses.
"Jadi bukan kemudian menegasikan perannya cawapres yang katanya enggak ada peran dan sebagainya," ucap dia.
(mnf/tsa)