Warga Maba Keluhkan Sungai Tercemar Tambang Nikel di Halmahera Timur

CNN Indonesia
Rabu, 30 Jul 2025 20:13 WIB
Kades Maba Sangaji, Halmahera Timur, mengaku di wilayah hulu setidaknya ada empat-lima tambang yang beroperasi, termasuk perusahaan dari China sejak 2024.
Ilustrasi sungai yang berubah warna karena diduga tercemar. (iStockphoto/KarenHBlack)
Ambon, CNN Indonesia --

Warga Adat Desa Maba Sangaji, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara mengeluhkan air sungai yang tercemar buntut diduga akibat kerusakan lingkungan oleh kegiatan pertambangan nikel di wilayah tersebut.

Warga Desa Maba Sangaji, Ahmad meminta pemerintah mempertimbangkan lagi izin aktivitas penambangan nikel di sana, karena dampak buruk yang dirasakan langsung masyarakat.

Saat ini, kata dia kondisi lahan disana sudah rusak. ikan-ikan ditemukan mati di aliran sungai akibat kondisi air sungai yang mulai berubah warna. Air sungai yang dulu menjadi sumber kehidupan warga tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

"Air sungai sudah keruh dan tidak lagi dimanfaatkan setelah aktivitas penambangan nikel,"ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (29/7).

Ahmad bilang salah satu bentuk kompensasi terhadap warga yang terdampak, sejauh ini perusahaan hanya membayar ganti rugi dalam bentuk tali asih Rp2.500 per meter dengan total keseluruhan senilai Rp10 miliar lebih kepada pemerintah desa. Dari pemerintah desa kemudian akan disalurkan kepada setiap kepala keluarga.

Namun kebutuhan air bersih mereka dari sungai tak tergantikan.

Warga adat menyebut dulu air di sungai wilayah tersebut jernih dan bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Namun, kini berubah menjadi keruh berwarna kecoklatan hingga menghijau. Mereka menyebut air sungai berubah setelah lahan tersebut dijadikan area pertambangan nikel oleh perusahaan asal China pada 2024.

Padahal jauh sebelumnya air sungai tersebut sempat dipergunakan warga untuk kebutuhan memasak, mandi, mencuci, bertani hingga pengolahan sagu.

Tak hanya itu, lahan-lahan pertanian warga menjadi korban kebanjiran akibat sungai meluap dan menerjang perkebunan warga seperti pohon pala, cengkeh dan pohon kelapa.

Warga adat Maba Sangaji di Halmahera Timur protes di area tambang nikel buntut air sungai tercemar hingga perkebunan warga diterjang banjir.Warga adat Maba Sangaji di Halmahera Timur protes di area tambang nikel buntut air sungai tercemar hingga perkebunan diterjang banjir. (CNN Indonesia/Said)

Sementara warga lain bernama Kamaria Malik meminta agar aktivitas tambang nikel segera disetop karena warga sudah cukup sengsara.

"Kami cukup sengsara karena merasakan langsung dampak lingkungan akibat ulah tambang nikel,"ucapnya.

Kamaria Malik merupakan istri dari salah satu warga yang sempat ditahan polisi karena menggelar protes di lahan tambang mengaku air sungai tidak layak dikonsumsi. 

Sementara itu Kepala Desa Maba Sangaji, Kasman Mahmud mengaku terjadi pencemaran di sungai. Dari pendataan pihaknya, kata dia, ada sekitar empat hingga lima tambang yang beroperasi di hulu sungai,

Namun, kata Kasman, pihaknya tak bisa berbuat banyak dan hanya mengikuti instruksi dari pemerintah soal keberadaan tambang di wilayah tersebut.

Warga adat Desa Maba Sangaji, Halmahera Timur, Maluku Utara sempat menggelar protes di lokasi tambang pada beberapa hari lalu. Mereka membawa spanduk warna hitam bertulisan 'tanah adat bukan tanah negara, tambang harus tumbang'.

Mereka protes sebagai bentuk untuk menyelamatkan sungai yang tercemar dan mempertahankan hak adat. Namun, aksi tersebut berbuntut penangkapan terhadap beberapa warga adat yang membela tanah leluhur mereka.

(sai/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER