Polda NTT menyatakan telah mengambil langkah antisipasi untuk melindungi warga Indonesia yang berada daerah perbatasan yang sedang bersengketa antara Republik Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Perlindungan terhadap masyarakat tersebut menyusul tertembaknya seorang warga Indonesia di Desa Inbate, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten TTU karena persoalan pemasangan patok batas negara oleh pihak Timor Leste.
Sebelumnya terjadi penembakan warga desa Inbate, Kecamatan Bikomi Utara, TTU oleh Polisi Perbatasan Timor Leste atau Unidade De Patrulhamento Da Fronteira (UPF) yang terjadi Senin (25/8) pagi karena persoalan patok batas kedua negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Langkah utama yang diambil adalah melindungi keselamatan masyarakat," kata Kabid Humas Polda NTT, Kombes Pol Henry Novika Chandra kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/8).
Dia mengatakan selain memastikan keselamatan warga di lokasi sengketa, Polri juga memberi pendampingan medis terhadap korban penembakan.
Henry menjelaskan untuk meredam situasi di lokasi sengketa, Polres TTU telah melakukan koordinasi dengan Satgas Pamtas RI-RDTL untuk menenangkan warga sekaligus mengimbau agar sementara waktu tidak beraktivitas di lokasi tersebut demi keselamatan bersama.
"Kami telah mengimbau agar sementara waktu tidak beraktivitas di lokasi tersebut demi keselamatan bersama," jelas Henry.
"Pendekatan persuasif kami kedepankan. Warga tidak dibiarkan menghadapi situasi ini sendiri. Kami hadir, mendengar keluh kesah mereka, sekaligus menjembatani komunikasi dengan pihak terkait," imbuhnya.
Sementara itu, Polres TTU menyatakan juga terus berkoordinasi dengan TNI, Satgas Pamtas Yonarhanud 15/DBY, Pemerintah Daerah, Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD), Konsulat RI di Oecusse, dan Atase Polri di Kedutaan Besar RI untuk Timor Leste di Dili (KBRI Dili).
Menurut Kapolres TTU, AKBP Eliana Papote, dari hasil pemeriksaan terhadap warga yang terlibat dalam bentrokan tersebut bahwa penyebab terjadinya penembakan tersebut karena adanya tindakan aparat Timor Leste yang mau membangun pilar (patok) batas negara yang diduga masuk ke dalam wilayah RI.
"Penyebabnya: adanya tindakan dari aparat Timor Leste yang ingin membangun pilar batas negara yang diduga masuk dalam wilayah RI," ujar Eliana.
Adapun warga desa Inbate yang menjadi korban tembak adalah Paulus Oki (57). Dia tertembak pihak UPF ketika terjadi ketegangan dengan warga Inbate.
"Menurut warga yang terlibat dalam bentrok bahwa pihak Unidade De Patrulhamento Da Fronteira (UPF) Timor Leste yang berjumlah 7 orang melakukan penembakan yang mengarah langsung ke warga Indonesia," ujar Eliana.
Eliana menjelaskan peristiwa itu bermula saat pihak Timor Leste membangun patok di tapal batas 36 Dusun Nuno, Desa Inbate pada Senin pagi.
Desa Inbate merupakan desa yang berbatasan langsung dengan Districk Oecusse, negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
Warga Inbate kemudian memprotes pembangunan patok Timor Leste di tapal batas 36 tersebut hingga terjadi ketegangan sekitar pukul 09.00 Wita.
"Warga Timor Leste yang diusir (oleh warga Indonesia) kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada pihak UPF Timor Leste," kata Eliana dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com.
Dia menyebut sekitar tujuh aparat UPF mendatangi lokasi itu dengan membawa senjata api laras panjang.
"Sekitar pukul 09.00 WITA, sebanyak 7 personel UPF bersenjata laras panjang mendatangi lokasi dan melepaskan tembakan ke arah warga Indonesia," ujarnya.
Eliana menyebut akibat tembakan tersebut Warga Indonesia yang berjumlah 24 orang melakukan perlawanan dengan menggunakan parang dan melempar batu.
Berdasarkan keterangan warga di lokasi, dia mengatakan, mereka bersaksi mendengar delapan kali bunyi letusan senjata api yang diduga ditembakkan UPF.
"Berdasarkan keterangan saksi Warga Indonesia di lokasi, terdengar sekitar 8 kali letusan senjata," kata Eliana..
Eliana mengungkapkan dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh petugas Inafis Polres TTU menemukan barang bukti delapan kelongsong peluru dan satu proyektil senjata laras panjang.
Eliana mengklaim beberapa saat setelah terjadinya bentrokan, pihaknya bersama Dandim 1618 TTU dan Komandan Satgas Pamtas langsung mendatangi TKP untuk mengamankan situasi.
Personel gabungan yang diterjunkan ke lokasi bentrokan berhasil meredam ketegangan, sehingga pada pukul 16.10 wita situasi berhasil dikendalikan.