SERIE-A 2014/2015

Tenggelam Dibalik Kejayaan Masa Lalu

CNN Indonesia
Jumat, 29 Agu 2014 16:10 WIB
Pada periode 1990-an, Liga Italia adalah liga terbaik di Eropa dan arena berkumpulnya para bintang kelas dunia. Namun, berbagai masalah membuat Serie-A kian ditinggalkan.
Liga Italia semakin ditinggalkan oleh bintang dunia dan para penonton.
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada periode 1990-an, Liga Italia adalah liga terbaik di Eropa dan arena berkumpulnya para bintang kelas dunia.

Gemerlap cahaya lampu kamera senantiasa menyoroti kreativitas Zinedine Zidane, ketangguhan Paolo Maldini, ketajaman Filippo Inzaghi, hingga berbagai gol indah hasil tendangan bebas Sinisa Mihajlovic.

Akan tetapi, masa keemasan Serie A mulai meredup seiring berjalannya waktu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Skandal pengaturan skor Calciopoli, eksodus para pemain bintang, kekerasan, rasialisme, hingga minimnya prestasi tim Italia di ajang Internasional kini membuat bangku kosong jadi pemandangan biasa di stadion-stadion Italia.

Satu persatu pemain bintang pun kini meninggalkan kompetisi yang secara resmi telah ada sejak 1898 tersebut.

Mario Balotelli dan Mehdi Benatia, misalnya. Keduanya menjadi talenta paling anyar yang meninggalkan panggung Serie A. Balotelli adalah salah satu penyerang tim nasional Italia, sementara Benatia adalah pemain belakang terbaik musim lalu.

Kini Balotelli akan menjajal Inggris, sementara Benatia merumput di Jerman.

Nir Prestasi di Tingkat Eropa

Prestasi tim-tim Italia di kompetisi Eropa juga jauh dari membanggakan.

Peringkat tiga musim lalu, Napoli, sudah tersingkir dari ajang Liga Champions setelah ditumbangkan wakil Spanyol, Athletic Bilbao.

Padahal, jika berkaca pada sejarah keikutsertaan tim-tim Italia di kompetisi tersebut, wakil Italia telah tampil pada 26 laga final dan berhasil 12 kali menggondol gelar juara.

Akan tetapi, dalam kurun lima tahun terakhir, tidak ada wakil Italia yang mampu bersaing dengan negara-negara Eropa lain.

Tersingkirnya Napoli di kompetisi Eropa sendiri bisa berdampak panjang pada sepakbola Italia.

UEFA mengalokasikan tempat di Liga Champions dan Liga Eropa berdasarkan peringkat koefisien yang dihitung dari kinerja klub selama lima tahun terakhir.

Pada 2011 lalu, performa kurang memuaskan tim-tim asal Italia di Eropa membuat negara ini kehilangan satu jatah lolos ke Liga Champions.

Italia, yang tadinya memiliki empat tempat di Liga Champions, kini hanya memiliki tiga tempat. Peringkat ketiga Serie A juga harus melalui babak kualifikasi sebelum dapat masuk ke Liga Champions.

Pada musim 2014/2015 ini, Italia sendiri berada di posisi kelima peringkat UEFA di bawah Spanyol, Inggris, Jerman, dan Portugal. Posisi ini dapat terus menurun jika tidak ada perbaikan prestasi tim-tim Italia di Eropa.

Semakin rendahnya koefisien UEFA, semakin sulitnya menembus Liga Champions, ditambah dengan kasus rasisme yang masih merajalela, dan tentunya perekonomian Italia yang memang sedang turun, membuat Serie A tidak lagi menarik di mata talenta sepakbola di dunia.

Tanpa Bintang Ternama

Jika dibandingkan dengan Liga Spanyol atau Inggris, pemain yang merumput di Serie A musim ini bisa dikatakan tidak terlalu dikenal secara global.

Pendatang baru musim ini, seperti Ashley Cole, Pablo Osvaldo, Alvaro Morata, Nemanja Vidic, hingga Patrice Evra, juga dapat dibilang pemain yang merumput di Italia karena mereka tidak memiliki tujuan lain.

Umur yang tidak muda membuat Cole menjadi pilihan kedua Jose Mourinho di Chelsea. Morata juga kesulitan menembus tim inti Real Madrid. Sementara itu, Vidic dan Evra dianggap telah melewati masa-masa kejayaan.

Tidak heran antusiasme pecinta sepakbola dalam menyambut Serie A musim 2014/2015 tidak sebesar ketika liga-liga di Inggris, Spanyol, dan Jerman dimulai.

Akan tetapi, sulit untuk mengabaikan nama-nama besar seperti Juventus maupun Inter dan AC Milan. Benar-benar menyingkirkan nama Italia dari persaingan di kancah Eropa juga bisa jadi kesalahan besar.

Untuk saat ini, Italia hanya sedang tenggelam dibalik kejayaan masa lalu mereka.
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER