Jakarta, CNN Indonesia --
"Kabaddi, kabaddi, kabaddi, kabaddi, kabaddi, kabaddi,..."Kata-kata itu diucapkan berulang-ulang seperti sedang merapal mantra. Sementara mengulang-ulang kata-kata tersebut, ia menahan nafas selama mungkin.
Namun sang pelaku bukan sedang bersemedi atau melakukan yoga. Ia justru sedang aktif bergerak berolahraga. Di hadapannya ada barikade tujuh orang yang coba untuk menangkapnya. Ia harus menghindar dari tangkapan mereka untuk melewati garis aman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama olahraga ini kabaddi. Sepintas, olahraga ini terdengar seperti permainan anak-anak. Dan memang seperti itulah olahraga ini tumbuh di daerah India selatan. Bedanya, ketika dimainkan oleh orang dewasa, ada unsur gulat yang dimasukkan.
Oleh anak-anak India, kabaddi dimainkan di lapangan kosong, tanpa garis batas atau ukuran lapangan yang jelas. Keberadaan alas kaki pun kadang dibutuhkan kadang tidak.
Namun, berawal di desa-desa Asia Selatan. Kabaddi kini memiliki liga profesionalnya sendiri. Di ajang Asian Games ke-XVII yang berlangsung di Incheon, Korea Selatan, kabaddi pun jadi ajang khusus yang diajukan tuan rumah untuk dipertandingkan.
Berawal di Asian GamesKabaddi dan Asian Games memiliki keterikatan tersendiri. Kepopuleran olaharaga ini mulai terangkat memang setelah dipertandingkan di ajang terbesar di Asia Tersebut. Tepatnya pada Asian Games 1990 yang dilangsungkan di Beijing.
Di tingkat internasional, kabaddi dimainkan di lapangan yang berukuran 10 x 13 meter (untuk wanita 8 x 12 meter untuk wanita) yang dibelah dua oleh satu garis. Ada dua tim yang akan menempati tiap bagian lapangan.
Satu tim akan beranggotakan tujuh orang, dengan tiga orang sebagai cadangan. Kabaddi dimainkan selama 20 menit dalam dua babak, dengan lima menit waktu istirahat antar babak.
Setiap tim akan bergantian mengirimkan orang ke area musuh. Untuk mendapatkan angka, sang penyerbu harus lari ke area lawan, menyentuh satu atau lebih anggota tim lawan, lalu kembali ke areanya sendiri.
Semua ini dilakukan dengan si penyerbu menahan nafas dan merapal ucapan "kabadi, kabadi, kabadi..".
Biasanya, tim yang bertahan akan menahan sang penyerbu dengan cara bergulat dan menahannya ke tanah, sampai ia tak bisa menahan nafas lagi. Namun itu dengan resiko bahwa yang menyentuh sang penyerbu akan dianggap "mati."
Populer di DuniaMeski terdengar seperti permainan anak-anak, kabaddi kini dimainkan oleh pria yang memiliki kemampuan gulat dan juga dengan fisik prima. Seorang superbintang kabaddi bisa menahan nafas sambil menguncapkan "kabaddi..kabaddi" selama lebih dari dua setengah menit.
Di India, kabaddi pun kini memiliki liga profesionalnya sendiri. Ada delapan tim berbentuk waralaba yang tersebar di seluruh India. Pada awal musim, Liga Pro-Kabaddi ini bahkan memiliki bursa transfer pemain tersendiri.
"Kabaddi adalah permainan yang 'mentah', mengandalkan fisik, dan juga membutuhkan ketangguhan tersendiri," ujar Charu Sharma, Direktur Manajer tim kabaddi di India, Mashal Sports, kepada Walll Street Journal.
"Liga Pro-Kabaddi membuat olahraga ini terlihat di seluruh dunia, menarik, profesional, dan juga menguntungkan."
Meski belum menyaingi kepopuleran kriket, kabaddi sendiri kini makin mendunia.
Pada 2013, Piala Internasional Kabaddi diselenggarakan di Inggris, dengan negara-negara peserta adalah Inggris, India, Pakistan, Kanada dan Amerika Serikat.
"Ini adalah olahraga penuh aksi. Sangat intens," ujar Surinder Singh, sekertaris umum dari Federasi Kabaddi Inggris. "Kabaddi adalah olahraga yang telah ada di Britania Raya sejak 1970-an, saat banyak imigran India pindah ke sini," tambahnya.
Sang bintang pun mulai dikenal masyarakat luas. Meski belum setenar Cristiano Ronaldo atau Andy Murray, kapten kabaddi Inggris sudah dikenal oleh masyarakat sekitar rumahnya.