Rio de Jainero, CNN Indonesia -- Mantan pesepak bola legenda Brazil, Romario, 48, terpilih menjadi senator untuk kota Rio de Jainero. Seperti dilansir
Guardian, mantan penyerang timnas Brazil itu memenangkan kursi senat itu memenangkan lebih dari 60% dukungan warga Rio.
Romario memenangkan suara 63,4% mengalahkan pesaingnya yang berasal dari Partai Demokrat, Cesar Maia (20,5%). Sebelumnya, empat tahun silam, Romario terpilih sebagai anggota kongres dari Partai Sosialis. Pria yang menjadi bagian tim juara piala dunia tahun 1994 itu menjadi salah satu politikus yang menolak pelaksanaan Piala Dunia di negerinya pada Juni lalu.
Romario mengkritik pelaksanaan persiapan untuk penyelenggaraan Piala Dunia itu dipenuhi korupsi dan membuang-buang uang rakyat. Ia bersama para demonstran mengkritik ambisi Presiden Brazil Dilma Rousseff menyelenggarakan piala dunia. Mantan pemain Barcelona dan PSV Eindhoven itu menegaskan dana hingga 11 miliar dolar Amerika Serikat (AS) itu lebih baik dianggarkan untuk pendidikan, kesehatan, dan transportasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Politikus Pesepak BolaRomario lahir dari kawasan kumuh di Rio utara dan menjadi pahlawan bagi negara tersebut. Ia adalah pencetak gol terbanyak ketiga dalam sejarah sepak bola internasional Brazil. Saat masih aktif bermain sepak bola, Romario membantu Barcelona memenangkan Liga Spanyol dan Liga Champion pada musim pertamanya. Ia mencetak 30 gol dari 33 pertandingan bersama Barca.
''Di lapangan, saya adalah satu yang terbaik untuk posisi saya,'' kata Romario seperti dikutip
CNN pada 2010 lalu, ''Saya akan mencoba yang terbaik juga dalam bidang (politik) ini.''
Ketika Romario memutuskan terjun ke politik, media massa Brazil mengkritik keputusan mantan pemain berjulukan Si Pendek. Pasalnya, Romario dikenal memiliki tabiat yang buruk dan temperamental. Salah satu tabiat buruk Romario yang populer di kalangan rakyat Brazil adalah pemulangan dari Final Piala Dunia Remaja 1985 setelah tertangkap kencing di balkon hotel di Moskow, Rusia.
Namun, setelah ia terpilih menjadi wakil rakyat pada empat tahun lalu, Romario menegaskan bahwa rakyat Brazil mengetahui siapa yang dapat memperjuangkan hak mereka sebagai seorang politikus.
Duet jadi RivalRomario adalah ujung tombak Brazil saat memenangkan piala dunia di Amerika Serikat pada 1994. Romario yang saat itu berduet dengan Bebeto merupakan duet yang mematikan bagi tim-tim peserta piala dunia saat itu. Romario menjadi pencetak gol terbanyak dalam turnamen tersebut dengan lima gol. Sementara Bebeto mencetak tiga gol di PD 1994.
Salah satu gol Bebeto dicetak ke gawang Amerika Serikat (AS) pada babak 16 besar berkat umpan Romario. Usai mencetak gol semata wayang kemenangan Brazil atas AS, Bebeto berteriak, '
I love you!' kepada Romario. Namun itu adalah kisah lama. Lebih satu dasawarsa kemudian, duet Brazil itu berubah menjadi rival di dalam negerinya.
Romario dan Bebeto--yang memopulerkan gaya menimang bayi usai mencetak gol--kemudian menjadi rival di dunia politik. Jika Romario berkarir politik bersama Partai Sosialis, Bebeto menjalani karir politik bersama Partai Pekerja Demokratis (PDT).
Bebeto yang didaulat menjadi duta besar PD Brazil membalas kritikan Romario dan para demonstran mengenai penyelenggaraan pesta sepak bola dunia di negerinya.
''Kami telah berjuang sangat keras untuk sampai ke sini. Dan inilah hasil perjuangan dan upaya seluruh rakyat Brazil,'' kata Bebeto, 50, membalas kritikan mantan rekan setimnya, Romario pada Desember lalu.
Namun, Bebeto menegaskan rivalitas itu hanya terjadi di dunia ide mengenai pemikiran masing-masing.
''Hubungan saya dengan Romario, dia akan selalu menjadi kawan saya seumur hidup, selamanya. (Rivalitas) ini hanyalah tentang gagasan dia, dan saya punya gagasan sendiri,'' sambung Bebeto saat itu.