Motegi, CNN Indonesia -- Balapan MotoGP pada sirkuit Motegi akhir pekan ini dibayang-bayangi ancaman topan Vongfong yang kembali menghampiri daerah Jepang.
Topan ini memiliki kecepatan sekitar 240 kilo meter per jam, sehingga masuk dalam kategori badai level empat, atau bisa diklasifikasikan sebagai super topan.
Efeknya adalah kondisi cuaca hujan dan angin kencang, seperti yang terjadi pada ajang Formula Satu (F1), akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cuaca buruk ini menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan para pebalap, terlebih setelah kecelakaan yang menimpa pembalap F1, Jules Bianchi.
Pihak penyelenggara menolak untuk memajukan waktu balapan --dijadwalkan pada pukul dua siang-- sehingga memicu kritik dari berbagai pihak.
Masalah sama juga terjadi pada Formula 1. Minggu lalu, balapan dimulai pada pukul tiga siang sehingga baru berakhir petang. Dengan kondisi hujan deras dan awan hitam menutupi langit, para pebalap memiliki jarak pandang sangat terbatas.
Topan Vongfong sendiri memiliki kekuatan yang bisa menyaingi topan Haiyan yang melanda Filipina dan menewaskan lebih dari delapan ribu orang tahun lalu.
"Tidak dapat dipungkiri, ini (topan Vongfang) merupakan topan yang besar dan sangat kuat," ujar badan meteorologi Jepang (JMA) seperti yang dilansir dari Reuters.
Topan Vongfang sendiri merupakan topan kedua berturut-turut yang menghantam Jepang. Minggu lalu, topan Phanfone lebih dulu menghantam Jepang dan memakan tujuh korban jiwa.
Dua topan yang melanda Jepang dalam waktu sangat berdekatan menjadi kejadian langka di negara sakura.
Akan tetapi, menurut JMA, secara keseluruhan dua topan ini tidak menambah jumlah topan yang seringkali melanda Jepang.
"Lebih dikarenakan faktor kebetulan, karena tingginya tekanan udara yang terjadi di Jepang tahun ini," jelas JMA.
Jepang sendiri merupakan negara yang sering dihantam topan-topan besar. Tiga dari empat super topan (Halong, Neoguri, dan Phanfone) seringkali menghantam Negara Sakura.