Florence, CNN Indonesia -- Michael Garcia, penyelidik independen kasus dugaan korupsi pada proses pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022, mengkritik FIFA karena menolak membuka hasil laporannya.
Garcia juga meminta agar laporannya dibuka ke publik dengan tujuan menjadi bagian dari 'proses reformasi' tubuh FIFA.
Sebelumnya, FIFA menginstruksikan Garcia untuk melakukan penyelidikan karena tuduhan suap pada anggota komite pemilihan tuan rumah Piala Dunia. Laporan tersebut diserahkan pada hakim FIFA asal Jerman, Hans-Joachim Eckert, pada Juli 2014 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden FIFA, Sepp Blatter, telah menyatakan laporan tersebut tidak akan dipublikasikan dengan alasan menjaga keamanan saksi mata dan narasumber, sementara sejumlah anggota komite eksekutif FIFA sendiri telah mendukung laporan tersebut diungkap.
Namun alasan Blatter itu ditolak mentah-mentah oleh Garcia, ketika ia menjadi pembicara di sebuah acara yang diselenggarakan oleh American Bar Association di London.
"Sistem seperti itu (kerahasiaan narasumber) mungkin lebih tepat diberlakukan di dinas intelejen bukan untuk sebuah penyelidikan etik sebuah institusi olahraga internasional yang melayani publik, yang kini sedang berada dalam sorotan," ujar Garcia seperti dilansir dari Reuters.
Menurut Garcia, selama penyelidikannya ia mendapatkan banyak bantuan dari banyak pihak, baik berupa informasi hingga dokumen-dokumen dari berbagai sumber.
Namun salah satu tantangan yang ia dapatkan selama 18 bulan investigasi adalah kesulitan menggali informasi dari orang-orang yang telah meninggalkan dunia sepakbola.
Salah satu contohnya adalah mantan presiden federasi sepakbola Asia yang terkena sanksi, Mohamed Bin Hammam.
Garcia juga berujar bahwa mengumumkan hasil penyelidikan akan membangun kepercayaan dari publik, partner FIFA, dan juga jutaan penggemar sepak bola.
Tak hanya Garcia, Michel Platini dan Franz Beckenbauer pun menyatakan dukungan agar FIFA tidak menyembunyikan hasil investigasi proses pemilihan yang berlangsung empat tahun lalu.
Saat itu Rusia diputuskan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018, sedangkan Qatar menjadi tuan rumah empat tahun kemudian.
FIFA dan pihak penyelenggara Piala Dunia Qatar sendiri langsung menepis tuduhan korupsi tersebut.