Jakarta, CNN Indonesia -- Adalah Tommie Smith dan John Carlos, dua atlet atletik Amerika keturunan Afrika. Dua pria inspiratif ini begitu lekat dengan peristiwa
black power salute, pada olimpiade 1968.
Terlepas dari peristiwa sensasional itu, keduanya juga memiliki sisi kehidupan yang layak ditelusuri. Seiring bertambahnya usia, mereka mengukir banyak cerita.
Atlet Pengidap Pneumonia
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat anak-anak, Tommie Smith mengidap pneumonia atau radang paru-paru. Namun penyakit tersebut tak lantas menghalanginya mencapai kesuksesan.
 Tommie Smith raih penghargaan pada perayaan 30 tahun black power salute yang dilakukannya bersama John Carlos pada Olimpiade Meksiko 1968. (Getty Images/ Stephen Shugerman) |
Kala duduk di bangku sekolah menengah atas di Lemoore High School, California, ia sudah mencatatkan banyak performa baik. Satu di antaranya adalah menjuarai lomba lari 400 meter pada 1963.
Smith terus menunjukkan potensi. Anak ketujuh dari 12 bersaudara ini mendapat gelar atlet terbaik untuk beberapa cabang olahraga sekaligus, basket, sepak bola, dan atletik. Hal ini pula yang membuatnya meraih beasiswa ke Universitas Negeri San Jose, California.
Pada 7 Mei 1966, Smith berhasil mencetak rekor lari dunia, yakni 19,5 detik untuk jarak lintasan 200 m. Rekor ini baru bisa dipatahkan pada 16 Mei 2010 oleh Tyson Gay.
Tak hanya catatan kecepatan, ia juga meraih penghargaan NCAA Men's Outdoor Track and Field Championship. Smith juga menyambangi Jepang untuk mengikuti Turnamen Musim Panas antar-Universitas. Emas pun berhasil diraihnya.
Ia terus mengukir prestasi dengan mengikuti beberapa olimpiade. Puncaknya adalah Olimpiade Meksiko 1968.
Raihan emas dari lari 200 m yang dimenangkannya akhirnya dibatalkan lantaran aksi
black power salute. Namun tak sekali pun ia menyesalkan aksi tersebut.
Pada perayaan 30 tahun
black power salute, ia meraih penghargaan karena dianggap turut memerangsi rasialisme di Amerika serikat.
Berbakat di Banyak CaborLahir di Harlem, New York, John Carlos adalah atlet yang sangat berbakat. Tak heran jika lantas ia menjadi peraih beasiswa untuk masuk ke Universitas Negeri East Texas.
 Smith dan Carlos saat berlaga dalam cabang lari 200 m di Olimpiade Meksiko 1968, di mana mereka meraih medali emas dan perunggu, yang kemudian dibatalkan. (Getty Images/ Douglas Miller) |
Hanya satu tahun ia menjadi bagian universitas tersebut. Carlos pun hijrah ke Universitas Negeri San Jose. Pria kelahiran 5 Juni 1945 ini kemudian bertemu pelatih masa depannya, Lloyd (Bud) Winter.
Pada Olimpiade Trials 1968, Carlos berhasil memecahkan rekor Tommie Smith, yakni lari 200 m dengan catatan waktu 19,92 detik. Rekor itu tak diakui lantaran kondisi sepatu yang dikenakannya.
Catatan bagus juga ditorehnya saat meraih perunggu di Olimpiade Meksiko. Dua peringkat di bawah Tommie Smith yang menduduki peringkat pertama lari 200 m.
Keputusan Carlos dan Smith memberi salut saat menerima medali emas membuatnya harus rela kehilangan prestasinya tersebut. Komite Olimpiade Mexico mencabut gelar juaranya.
Carlos akhirnya mencoba cabang olahraga lainnya. Ia memutuskan terjun ke dunia sepak bola profesional pada 1970. Namun, ia mengalami cedera saat tergabung dengan Philadelphia Eagles dalam gelaran Liga Nasional.
Masih menjajal dunia sepak bola, Carlos masuk ke Liga Sepak Bola Kanada. Ia sempat bermain selama satu musim untuk Montreal Alouttes dan Toronto Argonauts.
Pada 1985, Carlos merambah bidang pelatihan. Ia menjadi pelatih atletik di Sekolah Palm Spring, California.
Bersama Smith, Carlos juga menerima penghargaan atas salam yang ia lakukan di Olimpiade Meksiko, 30 tahun sebelumnya. Sebuah bukti perjuangan atas kebaikan takkan pernah diabaikan.