Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Disiplin (Komdis) PSSI akhirnya memutuskan mendiskualifikasi PSS Sleman dan PSIS Semarang akibat drama lima gol bunuh diri.
Ketua Komdis PSSI Hinca Panjaitan menyatakan alasan pendiskualifikasian itu karena kedua tim telah mencederai sportivitas.
"Bermain bola itu mencari kemenangan tetapi mereka malah mencari kekalahan. Itu sudah tidak bisa ditolerir," ujar Hinca usai sidang Komdis di kantor PSSI, Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa malam (28/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komdis PSSI menyidangkan PSS dan PSIS atas drama lima gol bunuh diri pada pertandingan yang berlangsung di Lapangan Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, Minggu (26/10) dengan PSS menang 3-2.
Lima gol bunuh diri itu terjadi pada menit ke-78 sampai menit ke-90+1.
Selain mendiskualifikasi kedua klub tersebut, Komdis juga meminta PT Liga menghentikan sementara kompetisi Divisi Utama hingga semua penyelidikan selesai. Hinca menambahkan penghentian kompetisi Divisi Utama itu setidaknya selama dua minggu sampai semua penyelidikan selesai.
"Jika nanti terbukti akan ada hukuman lebih berat lagi. Untuk klub bisa didegradasi, untuk pemain hukuman seumur hidup," ujar Hinca.
NonaktifSelain itu, Komdis PSSI juga menonaktifkan wasit dan semua perangkat pertandingan pada laga PSS dan PSIS pada Minggu sore (26/10) di Yogyakarta. Penonaktifan itu, kata Hinca, diberlakukan hingga Komdis PSSI menemukan bukti lain.
Bermain bola itu mencari kemenangan tetapi mereka malah mencari kekalahan. Itu sudah tidak bisa ditolerir.Hinca Panjaitan |
Sebelum mengikuti proses sidang PSSI, kepada CNN Indonesia, wasit yang memimpin laga 'sepak bola gajah' PSS dan PSIS, Hulman Simangunsong dan Inspektur Wasit, Kustana, mengatakan tidak bisa menghentikan pertandingan karena tidak melanggar regulasi.
"Kecuali
force majeur atau salah satu kesebelasan bermain dengan pemain kurang dari tujuh," kata Hulman.
Salah satu asisten wasit dalam pertandingan itu, Arif Zainal, juga menegaskan dalam laga itu tidak ada peraturan yang dilanggar. Namun, Arif mengakui bahwa sikap yang dipertontonkan kedua kesebelasan dalam laga tersebut tidak sportif.
Namun, Komdis memiliki pendapat lain. Hinca mengatakan seorang wasit memiliki senjata berupa peluit, kartu kuning, dan kartu merah. Sehingga wasit seharusnya bisa menghentikan pertandingan.
"Persekongkolan itu ibaratnya 400 kali lipat dari
force majeur," tegas Hinca.
Secara terpisah menanggapi keputusan sidang, Manajer PSS, Supardjiono, menyatakan pihaknya telah memberikan semua fakta yang mereka miliki kepada Komdis PSSI. Supardjiono pun menerangkan semula berharap Komdis hanya memberikan peringatan tertulis saja.
Sementara itu, dari kubu PSIS tidak ada yang memberikan komentar apapun. Mereka langsung beranjak pergi dari kantor PSSI setelah keluar dari ruang sidang.