Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Persib Bandung Bermartabat dan juga kelompok suporter Persib, Viking Persib Club, mengeluarkan pernyataan resmi terkait aksi pelemparan bus suporter yang sedang dalam perjalanan pulang dari Palembang menuju Bandung pada Minggu (9/11) dini hari.
Keduanya menyesalkan dan prihatin atas peristiwa pencegatan dan pelemparan bus bobotoh --istilah bagi suporter Persib-- yang terjadi mulai sepanjang Pelabuhan Merak, ruas Jalan Tol TB Simatupang, Pasar Rebo, Kebon Jeruk, sampai Tol Cikarang.
"Pencegatan dan perusakan itu tidak bisa dipandang sebagai tindakan iseng, melainkan tindakan serius yang dilakukan secara terencana, masif, dan teroganisasi. Alat yang digunakan untuk melakukan penghadangan berupa, balok, batu, pedang hingga bom Molotov," demikian menurut pernyataan resmi yang dikirimkan Viking kepada CNN Indonesia melalui surat elektronik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Viking juga menuntut PSSI dan Kepolisian menindak tegas prilaku kekerasan yang terencana.
"Bagaimana kepolisian dan PSSI menyikapi ini secara serius dan tegas, akan menjadi sinyal kepada bobotoh untuk bersikap sesuai hukum. Pembiaran dan tanpa sikap tegas dari mereka yang memiliki kewenangan, hanya akan membuat kesabaran bobotoh tidak akan terbendung lagi," demikian bunyi pernyataan butir kelima dari sembilan pernyataan yang dikirimkan kepada media.
Pada butir pernyataan keempat, Viking pun kembali menuntut ketegasan PSSI untuk memberikan hukuman yang memberikan efek jera, setelah kasus penyerangan bus Persib saat akan melawan Persija dan kematian Rangga Cipta Nugraha tidak memiliki penyelesaian.
"PSSI harus mengambil sikap yang lebih keras," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Dalam butir pernyataan nomor enam dan delapan, Viking mengimbau agar tidak terjadi aksi pembalasan pada mobil berplat nomor B di Bandung, dan menyatakan bahwa mereka siap bertanggung jawab atas jika terjadi pengrusakan pada mobil berplat nomor B saat perayaan gelar juara.
Hal senada juga diungkapkan Persib melalui pernyataan yang diunggah di situs resmi klub.
"Persib dan PT. PBB sangat berharap agar bobotoh mengikuti himbauan Walikota Bandung, Ridwan Kamil, untuk tidak melakukan
sweeping terhadap kendaraan plat B yang ada di Bandung."
Kronologis PeristiwaPengurus Viking Persib Club, Firman Fauzi, menceritakan bobotoh telah mengalami pelemparan sejak di Pelabuhan Merak. Akibatnya beberapa rombongan bus terpisah karena tidak memungkinkan untuk melakukan penyebrangan bersama.
"Nyaris setiap bus mengalami kerusakan, meski dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. Namun yang paling parah adalah pada rombongan enam bus yang terpisah sendiri," tutur Firman kepada CNN Indonesia lewat sambungan telepon.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ada kurang lebih 120 bus yang berangkat dari Bandung menuju Palembang. Menurut ketua umum Viking, Herru Joko, saat ditemui di Stadion Jakabaring, Palembang, pada Jumat (7/11), saat pergi pun rombongan bus ini sudah dilempari di sepanjang area Cikarang sampai Tangerang.
Peristiwa pelemparan kembali terjadi dalam perjalanan pulang.
"Setelah ada aksi pelemparan di Bakaheuni, Walikota Bandung, Ridwan Kamil sempat berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk melakukan pengamanan," kata Firman. "Namun, jumlah polisi pun terbatas."
"Rombongan enam bus yang dikawal polisi diarahkan untuk melalui jalur tol lingkar luar Jakarta, yaitu Kebon Jeruk, Pasar Rebo, TB Simatupang, dan Cawang. Pada jalur inilah terjadi penghadangan, pada pukul dua dan tiga dini hari."
Reggi Munggaran, Asisten Pribadi Walikota Bandung, Ridwan Kamil membenarkan terjadinya pelemparan pada bus suporter.
"Rata-rata kondisi bus sudah dalam kondisi rusak saat masuk ke kota Palembang pada laga sebelum final dan kami telah melaporkannya kepada Polrestabes Palembang," ujar Reggi saat dihubungi CNN Indonesia melalui telepon.
Menurut Reggi, dirinya pada Sabtu (8/11) pagi sudah berada di Bandung untuk mengurus penyambutan tim. Pada Sabtu malam, ia mulai mendengar adanya penyerangan terhadap rombongan bobotoh di Pelabuhan Merak dengan lokasi penyerangan terjadi pada beberapa titik.
Peristiwa ini lalu dilaporkan kepada pihak kepolisian agar dilakukan pengamanan terhadap suporter. Peristiwa di Bakaheuni pun terkendali.
Lepas tengah malam, Reggi mendapatkan kabar bahwa eskalasi pelemparan terhadap bus meningkat sehingga ia membangunkan walikota Bandung agar dapat berkoordinasi dengan pihak kepolisian yang memiliki otoritas lebih tinggi, yaitu Polrestabes Bandung dan Polda Metro jaya.
Menurut Reggi, hal sama pun dilakukan oleh Muhammad Farhan, Direktur Pemasaran PT PBB, yang juga berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya untuk mendapatkan pengamanan.
Namun, Reggi menyayangkan hasil analisis kepolisian untuk meneruskan perjalanan rombongan kecil yang mendapat serangan paling hebat.
"Justru yang dikawal kepolisian mendapatkan serangan paling besar, karena artinya bus yang dikawal berisikan bobotoh," kata Reggi.
Perihal bobotoh yang melakukan aksi serangan balik, Reggi berujar bahwa hal itu untuk mempertahankan diri.
"Setelah batu yang masuk ke dalam bus dilempar balik, serangan mulai mereda sehingga bus bisa melanjutkan perjalanan."
Senada dengan pernyataan Viking, Reggi pun memperkirakan bahwa aksi pelemparan ini terencana, karena titik pelemparan seolah sudah diplot dan jumlah yang melakukan aksi pelemparan lebih dari 100 orang.
Redam AmarahPada Minggu (9/11) subuh, rombongan bus satu per-satu masuk ke area Lapangan Gasibu, Bandung sebagai titik pemberhentian terakhir.
Di lokasi ini, pemerintah Kota Bandung telah menyiapkan petugas medis, pemadam kebakaran, dan juga memanggil pihak kepolisian sebagai antisipasi untuk meredam kemarahan bobotoh lainnya.
Menurut Reggi dan Firman, puluhan korban yang menderita luka ringan langsung diobati di Gasibu, sementara yang menderita luka parah dilarikan ke Rumah Sakit Halmahera dan Rumah Sakit Borromeus.
"Tujuh orang dibawa ke Halmahera dan dua di antaranya harus menjalani operasi karena patah kaki dan juga ada yang terkena sabetan samurai. Di Boromeus pun ada yang segera menjalani operasi karena cedera kepala," tutur Reggi.
Seperti halnya Viking, Reggi pun menuntut agar aksi pelemparan tersebut ditindak tegas kepolisian.
"Setiap aksi kriminal harus ada konsekuensinya," kata Reggi. Ia pun memperkirakan bahwa Walikota Bandung akan menegaskan hal sama.
Menurut Reggi, selain masalah hukum, peristiwa pelemparan ini pun masih menyisakan beberapa masalah, yaitu pertanggungjawaban pada pengelola bus juga pada beberapa mobil plat B yang terkena aksi balasan.
"Ada beberapa mobil yang terkena balasan namun bukan karena aksi yang terorganisir atau masif. Walikota Bandung telah menyatakan diri bertanggung jawab," kata Reggi.