Jakarta, CNN Indonesia -- Selain partai semifinal antara Roger Federer dan Stan Wawrinka yang menyajikan empat kali
match point digagalkan, turnamen ATP Final tahun ini berlangsung datar dan tanpa kejutan.
Bahkan, empat hari pertama penyelenggaraan turnamen tersebut juga diwarnai oleh delapan laga yang diselesaikan hanya dalam dua set langsung.
Sebagaimana diungkapkan tennis.com, terdapat skor 6-1 pada enam dari 16 set pertama dan Novak Djokovic bahkan mencatatkan kemenangan 6-0 atas Stan Wawrinka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut kalkulasi yang dilakukan Ubitennis.com, jika dijumlahkan, delapan pertandingan pertama turnamen ATP Final ini hanya berlangsung selama delapan jam dan 26 menit.
Sebagai perbandingan, ketika Djokovic mengalahkan Roger Federer di final Wimbledon 2014, kedua petenis membutuhkan waktu 3 jam 56 menit untuk menyelesaikan pertandingan.
"Saya tidak punya penjelasan akan hal ini," ujar Wawrinka, petenis yang juga turut andil dalam hilangnya gereget pada turnamen ini. Ia menundukkan Tomas Berdych dengan 6-1 dan 6-1, lalu kemudian kalah 6-3 6-0 dari Djokovic.
Padahal, dunia tenis pria sendiri memberikan banyak kejutan pada tahun 2014, berbeda dengan tenis putri yang kembali didominasi Serena Williams.
Partai final Amerika Serikat Terbuka menyajikan pertemuan antara Kei Nishikori dan Marin Cilic, sementara Stan Wawrinka juga mampu menjuarai Australia Terbuka dengan mengalahkan Djokovic di partai final.
"Kami juga heran dengan hasil ini, karena kami sendiri mengharapkan adanya pertandingan-pertandingan besar dan menarik," kata Wawrinka sebagaimana dikutip dari Tennis.com.
Kemarahan PenontonMinimnya aksi-aksi berbalas pukulan atau momen menegangkan pun dirasakan oleh penonton yang datang ke lapangan.
Karena itu, ketika Djokovic melakukan kesalahan ganda (
double faults) di set kedua melawan Nishikori di partai semifinal, penonton memberikan tepuk tangan meriah untuk 'merayakan' kesalahan petenis yang akrab dipanggil Nole tersebut.
Djokovic sempat marah dan lalu memberikan tepuk tangan sarkasme ke arah penonton. Namun, ia mengakui bahwa ia paham mengapa penonton bersorak gembira melihat kesalahannya.
"Ini olahraga, dan mereka ingin melihat pertandingan yang menarik," kata Djokovic seusai pertandingan.
"Saya tidak bisa menyalahkan para penonton. Mereka punya hak untuk melakukan yang mereka inginkan, atau untuk bersorak pada petenis yang mereka sukai."
Analisis Roger FedererPetenis yang lolos ke partai final, Roger Federer, memberikan pendapat mengapa tak ada pertarungan menarik di turnamen ATP Final ini.
Ia mengatakan bahwa permukaan lapangan keras yang menyebabkan hal tersebut.
"Permukaan lapangan memperlambat permainan. Selain itu, bermain di lapangan keras juga membuat bola servis tak begitu berpengaruh."
Karena itu, menurut Federer, petenis-petenis yang berjaya di jenis lapangan ini adalah petenis tipe bertahan yang lebih sering menunggu di garis basis (
baseline), seperti Novak Djokovic dan Stan Wawrinka.
Menurut Djokovic, di semifinal, ia juga memanfaatkan lapangan dengan bermain menurunkan tempo dan membuat lawannya kelelahan. Nole juga tak ingin terseret dalam ritme permainan Nishikori yang cepat, agresif, dan memiliki gerak kaki yang lincah.
Menghadapi gaya bermain Djokovic ini, Federer tahu ia akan mengalami rintangan besar jika ingin membawa pulang piala ATP Final. Bagaimanapun juga, Federer pun kesulitan melawan Wawrinka di partai semifinal dan sang lawan bahkan sempat tiga kali mencatatkan
match point.Satu hal yang pasti, pertemuan Federer dan Djokovic ini mungkin jadi yang ditunggu-tunggu para penonton haus akan pertandingan menarik. Jika, berkaca pada partai final Wimbledon, hal itu sangat mungkin terjadi.