Jakarta, CNN Indonesia -- Empat negara yang tergabung di Grup A Piala AFF 2014 merupakan tim-tim yang sedang merangkai jejak-jejak kebangkitan di ranah sepak bola Asia Tenggara.
Mantan juara Vietnam dan empat kali finalis Indonesia berharap bisa menghidupkan kembali kejayaan mereka usai raihan hasil buruk dua tahun lalu. Demikian pula dengan Filipina yang ingin unjuk kemampuan.
Sebelum 2007, timnas Filipina sendiri memiliki rekam jejak yang buruk di Piala AFF. Sejak 1996 hingga 2007, langkah
Azkals selalu terhenti di babak penyisihan grup dan bahkan sempat tidak berpartisipasi pada Piala AFF 2008.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pada 2010 lalu mereka mulai melakukan gebrakan. Di luar dugaan, Filipina melenggang hingga ke babak semifinal sebelum dikalahkan Indonesia.
Filipina mengulang sukses tersebut pada Piala AFF dua tahun kemudian, meski akhirnya terhenti di babak semifinal setelah disingkirkan Singapura.
Untuk turnamen kali ini Filipina mengaku telah mempersiapkan diri dengan sangat baik. The Azkals pun mencatatkan kemenangan 3-0 atas Kamboja dalam laga pemanasan terakhir mereka.
“Saya punya banyak kenangan indah dalam kompetisi ini. Kesuksesan kami pada Piala AFF 2010 juga memicu pertumbuhan sepak bola di Filipina dan itulah alasan saya memiliki kesempatan yang saya miliki hari ini. Jadi saya akan berterimakasih selamanya kepada Piala AFF,” katanya seperti dilansir dari laman resmi AFF Suzuki Cup 2014.
Bukan hanya Filipina, Indonesia dan Vietnam pun harus waspada akan performa tim Laos, meski negara ini hanya lolos dari fase kualifikasi karena negara ini beberapa kali mampu mempersulit pesaingnya.
Pada 2012, Laos mampu mengimbangi Indonesia dengan raihan 2-2 pada AFF Suzuki Cup 2012.
Dua tahun sebelumnya, Laos juga nyaris menang melawan Thailand. Beruntung pemain Thailand Sarayoot Chaikamdee menyelamatkan tim dari kekalahan dengan menciptakan gol di babak perpanjangan waktu.
Berhadapan dengan Vietnam dan Indonesia, pelatih Laos, David Booth menyatakan keyakinannya untuk tampil sebaik mungkin di ajang ini.
“Saya yakin ketiga tim lainnya berpikir mereka akan mengalahkan kami. Namun kami tidak sama dengan Laos pada dua atau tiga tahun lalu," ujar Booth.
"Kami telah berubah dan melangkah lebih baik. Dengan sebagian besar pertandingan yang telah kami mainkan, kami punya peluang untuk tampil baik.”
Menata Kepercayaan Diri TimSebagai tuan rumah, Vietnam memiliki tuntutan untuk tampil baik di kandang sendiri. Mau tak mau, Vietnam harus melupakan raihan buruknya di AFF Suzuki Cup 2010 saat mereka gagal ke semifinal.
Di bawah asuhan Pelatih Toshiya Miura, Vietnam mulai bangkit. Bulan lalu mereka berhasil mengalahkan Myanmar 6-0 dengan sang ujung tombak, Le Cong Vinh, yang mampu mencatatkan
hat-trick.
Kemenangan atas Myanmar dan kenangan sebagai juara AFF Suzuki Cup 2008 pun diharapkan dapat menjadi motivasi para pemain.
Di lain sisi, Manajer Timnas Indonesia Alfred Riedl harus berperang dengan emosinya sendiri. Pasalnya, sepanjang kariernya ia pernah tiga kali menjadi pelatih Timnas Vietnam.
Keterikatannya dengan Vietnam semakin kuat ketika ia menerima donor ginjal dari warga negara Vietnam pada 2007. Meski demikian, Riedl menegaskan akan membuang emosinya saat berhadapan dengan Vietnam.
“Saya tidak bisa membiarkan emosi ini terus berjalan, dan saya harap ketika kami melawan mereka (Vietnam) di Suzuki Cup, kami mengalahkan mereka,” ujar Riedl.