Jakarta, CNN Indonesia -- Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menargetkan 2015 sebagai tahun untuk menyeragamkan standar kualitas atlet, demikian dipaparkan Sekretaris Jenderal PBSI kepada CNN Indonesia (10/12).
Oleh karena itu, Pengurus Pusat (PP) PBSI akan merilis buku standarisasi pelatnas yang akan dibagikan kepada seluruh pengprov PBSI se-Indonesia
"Kami menginginkan atlet tidak hanya memiliki teknik yang baik, namun juga baik secara fisik," ujar Anton Subowo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buku yang menjadi terobosan perdana PBSI ini berisi seluruh parameter yang dibutuhkan untuk menjadi atlet bulu tangkis sesuai dengan standar pelatnas Cipayung.
Setalah dibagikan kepada seluruh pengprov dan klub, bidang pembinaan dan prestasi PBSI akan memonitor secara langsung terhadap pelaksanaan standar tersebut.
Penerapan standar atlet ini diakui Anton untuk mengantisipasi saingan baru dalam bulu tangkis dunia, yaitu Jepang.
"Jepang secara mengejutkan menang di Thomas Cup kemarin. Kami juga ingin perkembangan badminton bisa meluas,"
Thomas Cup memang menjadi salah satu andalan Indonesia dalam meraup gelar di level internasional. Sejauh ini Indonesia menjadi yang terbanyak memegang gelar Thomas Cup, yaitu 13 kali.
Jamu vs DopingPBSI juga mengantisipasi masalah doping untuk atlet badminton Indonesia. Kasus dugaan doping sempat menghinggapi pemain bulu tangkis andalan Malaysia, Lee Chong Wei.
"Kami meminta BWF tidak hanya merilis temuan doping semata, namun kami juga meminta untuk datang sendiri dan mengenali budaya di Indonesia,"
Anton menceritakan bahwa ia merancang agenda untuk mengenalkan Badan Anti Doping Nasional dan BWF dengan obat tradisional Indonesia seperti jamu.
Sejauh ini, jamu masih dianggap aman oleh BWF dan Badan Anti Doping karena tidak mengandung bahan kimia.
"Untuk itu, kami nanti juga akan meminta atlet untuk menjabarkan jamu yang atau akan dikonsumsi agar kami dapat mengkaji komposisinya." ujar Anton