Jakarta, CNN Indonesia --
Suporter Indonesia jangan mau ditunggangi pelaku-pelaku kekerasan. Hal itu diutarakan dalam diskusi yang berlangsung di Kementerian Pemuda Olahraga, Jakarta, Kamis (11/12).
Selama dua jam, diskusi yang difasilitasi Deputi Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora Gatot S Dewa Broto itu dihadiri juga perwakilan PSSI, Direktur Pengembangan Anggota, Budi Setiawan.
Dalam diskusi itu Budi mencontohkan mengenai perkembangan suporter garis keras di berbagai negara tradisional sepak bola seperti di Inggris dan Italia. Di Inggris suporter garis keras itu dikenal dengan sebutan Hooligans.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hooligans merupakan bagian dari suporter yang mencoba untuk mendapatkan jati diri mereka. Jadi di Inggris suporter berkaitan dengan kelas-kelas sosial," ujar Budi, "Oleh karena itu banyak yang mencari identitas, karena ketika menonton pertandingan sepakbola, para suporter dapat duduk bersama-sama tanpa membedakan kelas."
Budi pun mengaku heran dan mempertanyakan motivasi sebagian suporter di Indonesia yang kerap menimbulkan keributan, terutama ketika tim yang dijagokannya kalah atau sakit hati dengan klub lain.
Salah satu yang masih segar adalah insiden pelemparan bus suporter Persib Bandung yang melintasi tol dalam kota Jakarta usai final ISL 2014 lalu.
"Motivasinya apa? Apakah murni karena sepakbola sehingga ketika kalah tidak menerima kekalahan, atau ditunggangi orang-orang yang berusaha untuk mencari identitas tersebut?" ujar Budi.
Budi mengakui sulit bagi PSSI untuk mengatur suporter di Indonesia, karena di FIFA tidak ada aturan yang mengatur hubungan antara suporter dan klub. Namun, ia tak menampik bahwa PSSI harus berperan menetapkan batasan-batasan tertentu dalam membatasi perilaku suporter.
Budi juga mengingatkan untuk mewaspadai mengenai ancaman penunggangan suporter oleh pihak-pihak tertentu yang justru merugikan klub yang mereka dukung.
"Yang patut diwaspadai adalah suporter ini ditunggangi oleh orang yang tidak paham terhadap dampak bagi klub dan juga negara. Apalagi karena yang dicaci maki kalo ada kericuhan ya PSSI bukan klub atau suporter," kata Budi.
Baca: Pendapat Wakil Presiden RI Soal Sepak Bola Indonesia