Melbourne, CNN Indonesia -- Calon Presiden Asosiasi Sepak Bola Dunia (FIFA), Pangeran Ali Bin Al Hussein, berkunjung ke Melbourne, Australia, untuk menghadiri Kongres Luar Biasa Asosiasi Sepak Bola Asia (AFC) pada Jumat (8/1). Kedatangannya juga sekaligus untuk meraih suara dunia sepak bola Asia dalam rangka pemilihan Presiden FIFA.
Pangeran asal Yordania itu, Selasa (6/1), baru saja mengumumkan diri maju pada pemilihan Presiden FIFA.
Dalam pemilihan yang akan diselenggarakan bulan Mei 2015 di Zurich, Swiss, itu ia akan bersaing dengan Jerome Champagne dan Presiden FIFA saat ini, Sepp Blatter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Didukung oleh Presiden UEFA, Michael Platini, pangeran 39 tahun itu harus menggiring dukungan dari AFC agar terpilih sebagai Presiden FIFA kesembilan dan yang pertama dari Asia.
Tapi, mendapatkan restu dari Presiden AFC, Sheikh Salman bin Ebrahim Al-Khalifa, tidak akan mudah.
Keduanya pernah terlibat ketegangan pada tahun lalu, ketika Salman memaksakan aturan agar posisi Presiden AFC bisa langsung menjadi Wakil Presiden FIFA, yang saat itu masih dipegang oleh Ali.
Ketika itu, Ali langsung menyerukan agar Salman fokus pada olahraga dan tidak pada kepentingan politiknya.
Disindir seperti itu, Salman langsung mengizinkan agar Iran keluar dari Federasi Sepak Bola Asia Barat yang dibentuk dan dipimpin Ali.
Pertemuan pada hari Jumat akan membahas kepindahan Iran ke Federasi Asia Tengah, yang juga akan mengubah jumlah komite eksekutif AFC.
Dari beberapa sumber, disebutkan bahwa pengacara asal Australia dan Wakil Presiden AFC, Moya Dodd, sekutu Ali, akan disisihkan dari AFC.
Selain pertemuan, Ali dan sejumlah pejabat AFC akan menghadiri pertandingan pembuka Piala Asia 2015 antara Australia melawan Kuwait di Stadion Rectangular, Melboure.
Dalam Piala Asia 2015, Yordania akan bertanding melawan Jepang, Irak dan Palestina.
Meski Salman telah mendukung Sepp Blatter sepenuhnya dalam pemilihan Presiden FIFA 2015, namun Ali merupakan sosok yang populer bagi para anggota AFC.
Proyek nirlaba Ali, Asian Football Development Project, telah banyak membantu pembinaan banyak klub sepak bola di negara miskin. Ia juga mempopulerkan sepak bola wanita di beberapa negara.
Dukungannya terhadap sepak bola wanita juga ditunjukkan dengan mencabut larangan penggunaan jilbab bagi pesepak bola wanita. Tindakannya tersebut menyudutkan Blatter yang akhirnya terpuruk dengan isu hak asasi pemain.
(ard/har)