Jakarta, CNN Indonesia -- Ricardo Carvalho mengerang kesakitan dan terkapar di lapangan lantaran baru saja terkena injakan Wayne Rooney.
Cristiano Ronaldo yang berdiri tak begitu jauh langsung berlari menghampiri insiden tersebut, melakukan protes secara keras kepada wasit Horacio Elizondo. Sesaat kemudian, kartu merah pun meluncur dari saku Elizondo ke hadapan Rooney. Setelah itu, Ronaldo pun melakukan kedipan dan senyum penuh kemenangan ke arah bangku cadangan timnya.
Itulah momen di perempat final Piala Dunia 2006 saat Portugal berhadapan dengan Inggris. Fans Inggris yang tidak terima lantaran timnya kalah dan tersingkir dari Piala Dunia meluapkan kekesalannya pada Ronaldo. Selain kedipan tersebut, fakta bahwa Ronaldo yang memastikan kemenangan Portugal lewat eksekusi terakhir dalam adu penalti makin menaikkan tensi amarah warga Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Publik Inggris pun ramai-ramai mengusir Ronaldo dari Dataran Inggris. Bagi mereka, tindakan Ronaldo sudah sangat melukai hati. Terlebih, pemain yang terkena kartu merah tersebut adalah Rooney yang merupakan rekan setimnya. Kelicikan dan arogansi Ronaldo dianggap sudah keterlaluan dan tak patut diberikan toleransi.
Menjadi Lebih Arogan
Arogan. Kata itu yang kemudian makin melekat pada Ronaldo pasca kejadian di Piala Dunia 2006 tersebut. Ronaldo memang sempat goyah dan berkata ingin pindah dari Manchester United pada 2006. Namun akhirnya ia bertahan di Old Trafford dan menjelma menjadi sosok yang 'lebih arogan' sebagaimana dirinya telah dicap oleh banyak masyarakat inggris.
Gaya rambut Ronaldo mulai bervariasi dibandingkan tahun sebelumnya. Senyum sombong tak pernah lepas dari dirinya. Tapi, di sisi teknis, skill Ronaldo semakin matang dan torehan golnya pun makin bertambah banyak.
Jika di tiga musim awal, Ronaldo lebih dikenal sebagai seorang sayap kanan yang jumlah golnya tidak pernah lebih dari 10 di Liga Inggris, maka di musim 2006/2007, torehan golnya melesat menjadi 17 gol setelah ia didorong untuk lebih agresif dan bukan hanya sekedar sebagai pemberi assist.
Di musim selanjutnya, Ronaldo membukukan 31 gol dan menjadi pencetak gol terbanyak Liga Inggris. Pada musim ini pula, Ronaldo mampu membawa Manchester United menjuarai Liga Champions.
Hal itulah yang kemudian makin membentuk karakter arogan dalam tiap penampilannya. Semakin hebat Ronaldo, maka semakin banyak yang mencap dirinya arogan.
Hanya fans Manchester United saja yang bisa tertawa saat Ronaldo dengan aksi step over-nya meliuk melewati barisan pertahanan lawan atau saat Ronaldo memasang wajah arogan saat melakukan selebrasi usai membobol gawang lawan.
 Cristiano Ronaldo baru saja menjalani hukuman larangan dua pertandingan karena menendang dan menampar Edimar Fraga. (Reuters/Marcelo del Pozo) |
Persaingan dengan Lionel MessiDi saat bersamaan, di dataran Spanyol, pemain satu generasi Ronaldo, Lionel Messi, makin berkibar. Baik Messi maupun Ronaldo sama-sama menapak jalan sukses dan menjadi bintang paling bersinar.
Dalam bumbu rivalitas, jelas tak akan jadi menarik jika dua tokoh yang beradu adalah tokoh yang sama-sama dianggap baik.
Messi sudah lebih dulu dianggap sosok bersahaja dengan sifat pendiamnya. Dengan begitu, maka Ronaldo jelas mengisi slot sebagai 'tokoh jahat' dalam rivalitas ini.
Mungkin semua lupa bahwa Ronaldo pernah datang langsung ke Indonesia dan mengulurkan tangannya untuk Martunis dan para korban Tsunami di Aceh.
Wajar, saat itu Ronaldo belumlah berlabel pemain bintang dan kebaikan masa lalu itu makin tertutup oleh gaya Ronaldo dalam beberapa tahun belakangan.
Alhasil, begitu Ronaldo tertunduk lesu di Final Liga Champions 2008 sementara di saat bersamaan Messi tertawa riang karena mampu membawa Barcelona mengalahkan Manchester United 2-0, banyak yang menganggap bahwa momen itulah tokoh protagonis sukses menaklukan antagonis.
Mungkin bukan hanya pendukung Barca saja yang bersorak pada malam final itu, melainkan juga mereka yang anti-Ronaldo.
Gambaran sosok arogan yang melekat pada diri Ronaldo makin terasa ketika Ronaldo hijrah ke dataran Spanyol dan bergabung dengan Real Madrid. Saat itu, Barcelona dengan tiki-taka nya memang tengah dipuja banyak orang dan kedatangan Ronaldo ke Real Madrid laksana tokoh jahat yang ingin menghancurkan kebahagiaan semua orang.
Apakah Ronaldo selalu tak peduli dengan label arogan? Tidak juga. Ronaldo pernah mengeluhkan hal itu pada CNN di tahun 2012 lalu.
"Saya tentu kecewa dengan pemberitaan di media bahwa Messi merupakan sosok yang disukai sementara saya adalah orang yang arogan," tutur Ronaldo.
"Saya tidak mau menangisi hal itu, namun kadang saya berpikir bahwa sepertinya memang begitu adanya. Saya tertarik untuk duduk bersama dengan mereka yang menyebut saya arogan dan membiarkan mereka menilai setelah melewatkan waktu bersama saya," ucapnya menambahkan.
 Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi sering diperbandingkan, bukan hanya urusan teknik namun juga kepribadian. (REUTERS/Juan Medina) |
Mengubah CitraMelewatkan waktu bersama. Itulah yang tidak diketahui oleh mayoritas mereka yang membenci Ronaldo. Bagi mereka yang mengenal Ronaldo, sosok arogan itu hanyalah 'citra' di lapangan. Sebagai manusia, Ronaldo justru merupakan sosok yang toleran.
Berbagai bantuan kemanusiaan telah diberikan oleh Ronaldo. Ia pernah memberikan bantuan untuk Rumah Sakit di Madeira, kampung halamannya. Ronaldo pernah membantu biaya pengobatan seorang anak penderita kanker.
Ronaldo juga pernah menjual sepatu emas miliknya untuk bantuan pendirian sekolah di Gaza. Pada 2013, Ronaldo juga menjadi duta Save the Children, sebuah organisasi yang memperjuangkan hak-hak anak di dunia.
Semua kebaikan Ronaldo itu semakin terasa efeknya karena semakin waktu berjalan, publik juga mengetahui bahwa Messi juga ternyata bukan sosok yang sempurna.
Kata arogan malah kemudian disandangkan pada Messi setelah beberapa kasusnya di masa lalu terungkap. Ia ternyata terlalu dominan di ruang ganti Barcelona dan menjadi salah satu sosok yang membuat Zlatan Ibrahimovic tersingkir dan hengkang.
Messi selalu ingin diperhatikan dan ia tidak suka jika seseorang menentangnya di Barcelona. Messi adalah bos di Barcelona dan semua orang harus menuruti perkataannya.
Tidak sampai di situ, Messi juga pernah terseret kasus penggelapan pajak. Belum lagi kasus Messi yang 'anak baik' itu juga pernah mabuk di klub malam.
Kebaikan Ronaldo yang terungkap dan keburukan Messi yang terangkat membuat rivalitas Ronaldo dan Messi tak lagi hitam-putih seperti beberapa tahun sebelumnya.
Ronaldo memang masih terlihat arogan di lapangan, namun setidaknya publik kini makin mengerti bahwa Ronaldo juga merupakan sosok yang peduli dan mau berbuat baik di luar lapangan.
(ptr/ptr)