Kairo, CNN Indonesia -- Pemerintah Mesir memutuskan untuk menghentikan kompetisi Liga Primer Mesir menyusul tewasnya puluhan suporter sebelum pertandingan Zamalek melawan ENPPI di Stadion Air Defence, Kairo, Minggu (8/2) waktu setempat.
Pemerintah Mesir telah membentuk tim untuk menyelidiki insiden paling mematikan yang berhubungan dengan sepak bola sejak tragedi Port Said yang menewaskan lebih dari 70 orang pada 2012.
Tiga tahun lalu, lebih dari 70 orang tewas dan sekitar 1.000 orang luka-luka dalam bentrokan yang terjadi usai pertandingan El Masry melawan El Ahly di Stadion Port Said, 1 Februari 2012.
Tidak disebutkan hingga kapan pemerintah akan menghentikan kompetisi Liga Primer Mesir. Sebelumnya, Asosiasi Sepak Bola Mesir (EFA) telah mengambil keputusan untuk kembali melarang suporter menghadiri pertandingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
EFA baru mencabut larangan suporter menghadiri pertandingan sepak bola di Mesir pekan lalu. Sebelumnya, suporter dilarang hadir ke stadion menyusul kerusuhan Port Said.
Keputusan itu sepertinya tidak membuahkan hasil positif setelah bentrokan antara kelompok suporter Zamalek, Ultras White Knights, dengan polisi terjadi di luar Stadion Air Defence.
"Kami sudah melakukan pertemuan dan memutuskan tidak ada lagi suporter di kompetisi sepak bola Mesir setelah insiden menyedihkan ini," ujar anggota EFA, Mahmoud Al Shami, seperti dilansir
Super Sport.
Hingga kini, Al Jazeera mengabarkan, bentrokan di luar Stadion Air Defence mengakibatkan sekitar 40 orang tewas.
Pihak pemerintah Mesir, melalui kementerian dalam negeri, mengklaim bentrokan terjadi karena suporter Zamalek berusaha memasuki stadion tanpa tiket. Pihak panitia hanya menyediakan 10 ribu tiket untuk pertandingan ini.
Namun, pihak Ultras White Knights membantah pernyataan tersebut. Melalui akun Facebook mereka, White Knights mengatakan, insiden dipicu karena petugas keamanan hanya menyediakan satu jalan masuk untuk penonton ke dalam stadion sehingga terjadi penumpukan massa.
(har/har)