Tak hanya lepas dari kematian, istri dan anak perempuan Erbstein pun mampu meloloskan diri
Mereka mampu melalui penjagaan di pintu gerbang biara dan pergi ke rumah saudari Jolan di Pest. Kakak dari Jolan sendiri tidak terkena hukuman Nazi karena ia menikahi seorang Katolik. Hukum Hungaria saat itu menegaskan bahwa latar belakang seorang suami akan menentukan istrinya terkena hukuman atau tidak.
"(Pergi ke Pest) Adalah perjalanan berbahaya karena kami tak memiliki dokumen," kata Susanna kepada Bliss ketika diwawancarai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan mengalami nasib buruk jika ada yang menghentikan kami. Namun setelah berjalan dan berjalan -- kami sampai, dan kami diterima dengan baik oleh keluarga tante saya."
Dengan istri dan anaknya berada dalam kondisi aman, Erbstein pun kemudian mulai merencanakan untuk kabur dari kamp pekerja. Bersama dengan empat orang lainnya, termasuk pelatih legendaris Bela Guttmann yang membawa Benfica juara kompetisi Eropa pada 1961 dan 1962, Erbstein pun merancang aksi nekad.
Ketika mereka akan dipindahkan ke Jerman, Erbstein dan tiga kawannya mampu melompat keluar dari jendela tanpa membuat para penjaga curiga.
Erbstein kemudian menuju tempat istri dan anaknya, yang selalu disembunyikan di dalam rumah agar tak membuat tetangga curiga dan melaporkan keberadaannya. Dari tempat itulah keluarga Erbstein mampu mendapatkan dokumen palsu untuk menyembunyikan identitas mereka.
Pada Desember 1944, banyak keturunan Yahudi-Hungaria yang telah berpindah tempat tinggal dengan memanfaatkan perlindungan diplomat Swedia.
Raoul Wallenberd, duta besar Swedia di Budapest, membantu menyelamatkan ribuan kaum Yahudi dengan memberikan surat perlindungan dan juga memberikan tempat tinggal dengan menggunakan gedung pemerintah Swedia.
Erbstein termasuk salah seorang yang diselamatkan Wallenberg, hingga akhirnya perang berakhir dan ia bisa menemui keluarganya.
Kembali ke TurinSetahun kemudian, Erbsteins kembali ke kota Turin dan kembali mengambil alih Torino, yang telah memenangkan dua gelar liga Italia ketika ia masih ditahan di kamp pekerja.
Bekerja sama dengan presiden Ferrucio Novo, yang terus berkabar dengan Erbsteins selama ia berada di Budapest, ia lalu membuat Torino merebut dua gelar liga lainnya, dan juga membawa klub tersebut berada di puncak dominasi.
Secara perlahan Erbsteins pun mampu memulihkan dirinya dan keluarganya dari teror yang pernah mengancam hidupnya.
Namun, setelah melewati berbagai peristiwa dan hidupnya terlihat akan berjalan dengan tenang, ia mengalami kecelakaan tragis tersebut pada 1949.
Pada 4 Mei, seluruh skuat Torino sedang dalam perjalanan pulang ke Italia setelah mengikuti laga persahabatan melawan Benfica di Portugal. Kemudian pesawat yang membawa mereka mengalami kecelakaan sehingga seluruh penumpang tewas.
Adalah Vittorio Pozzo, pelatih yang membawa Italia dua kali juara dunia, yang kemudian menerima tanggung jawab untuk mengidentifikasi para korban -- 18 pemain dan juga staf manajemen klub.
Hingga saat ini, insiden ini tetap menghantui Torino, dengan suporter dari generasi ke generasi selalu melakukan ziarah ke basilika di atas bukit, setiap tanggal 4 Mei.
"Sangat mengagumkan bagaimana mereka setiap tahunnya selalu datang untuk mengenang tim mereka," kata Bliss. "Benar-benar pengalaman yang menggugah perasaan."
Kisah tentang Erbsteins mulai mendapatkan perhatian dari penggemar sepak bola yang sebelumnya tidak paham tentang kontribusi Erbsteins untuk sepak bola dan juga kisah hidupnya.
Bliss yang sejak menerbitkan buku tersebut memiliki banyak followers di akun media sosial Twitternya, berharap penyelidikannya bisa membuat lebih banyak orang lagi mengenal cerita tentang sang pelatih asal Hungaria.
"Saya bekerja keras danal meriset dan menyusun data dari setiap aspek hidup Erbstein," ujarnya. "Kisahnya adalah kisah yang belum pernah diceritakan, tentang kisah hidup yang terlupakan, sehingga saya melakukan riset dengan sangat serius. Sangat mengagumkan kami bisa mendapatkan demikian banyak materi yang menarik."
"Secara kasat mata, topik ini terlihat sangat biasa karena Erbstein tak begitu dikenal dan juga klub yang ia tangani bukan 'klub super' yang memiliki jutaan penggemar di seluruh dunia."
"Namun, jika Anda bisa mengamati lebih dari itu, Anda akan melihat pengalaman seorang manusia yang bisa menggugah siapapun -- perang dunia, hukuman mati, pesawat yang jatuh -- dan juga pencapaian dalam dunia olahraga yang sangat jarang bisa terulang."
(vws)