23 Maret 1975, Hari Sial untuk Rudy Hartono

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Sabtu, 21 Mar 2015 12:32 WIB
Konsistensi dan kehebatan Rudy Hartono di ajang All England lewat kemenangan tujuh kali beruntun akhirnya membentur tembok bernama Svend Pri.
Rudy Hartono, salah satu legenda bulu tangkis Indonesia. Rudy memenangi delapan titel All England sepanjang kariernya. (CNN Indonesia/Putra Permata Tegas Idaman)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap atlet di dunia ini pastilah pernah mengalami off day atau sering disebut hari sial. Pada hari itu, si pemain seolah tak punya solusi untuk keluar dari masalah yang dihadapi di lapangan.

Rudy Hartono pun bukan pengecualian. Ia juga mengalami hal itu. Sayangnya, off day atau hari sial Rudy ada pada 23 Maret 1975, saat Final All England 1975 digelar.

Rudy datang ke babak final 1975 dengan rasa percaya diri yang luar biasa. Sebagai pemegang rekor kemenangan beruntun di All England sebanyak tujuh kali, Rudy ada di ambang rekor lainnya saat itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sudah memecahkan rekor kemenangan beruntun dan pada tahun itu saya di ambang rekor lainnya yaitu berupa kemenangan terbanyak di nomor tunggal putra All England," ucap Rudy.

"Jika saya berhasil memenangkan final tahun itu, maka saya akan berdiri sendirian sebagai pemegang gelar tunggal putra terbanyak di All England, meninggalkan Erland Korps."

Namun ternyata, berada di ambang rekor sebagai pemilik gelar All England terbanyak untuk nomor tunggal putra justru membuat Rudy terlalu menggebu-gebu saat turun bermain menghadapi Svend Pri di babak final.

"Sama sekali tidak ada masalah pada diri saya. Perjalanan saya ke final pun lancar dimana saya selalu menang dalam dua game langsung," ujar Rudy mengenang.

Sayang, performa apik Rudy justru tak berlanjut di partai puncak. Di partai final, Rudy selalu lebih dulu unggul dalam perolehan poin atas Svend Pri, namun akhirnya malah kalah dua game langsung, 11-15, 14-17.

"Mungkin hari dimana final itu berlangsung adalah hari sial bagi saya. Di game pertama, saya sudah lebih dulu mencapai angka 10 namun akhirnya tersusul," tutur pemilik tinggi badan 182 cm ini.

"Di babak kedua, saya malah sudah sampai angka 14 namun akhirnya malah kalah," kata Rudy menambahkan.

Dengan kekalahan itu, maka catatan kemenangan beruntun Rudy di All England berhenti pada angka tujuh.

Selalu juara di All England selama tujuh tahun beruntun tetap saja tak membuat kritik segan menghampiri Rudy ketika ia gagal di tahun 1975.

"Tetap saya mendapat banyak kritikan, dibilang saya sudah habis atau saya sudah tak sehebat dulu," ucap Rudy.

"Padahal jika dilihat, saya kalah bukan di babak awal melainkan di babak final. Kalahnya saya pun dari Svend Pri, pemain yang juga masuk dalam kategori elit saat itu."

Kekalahan di tahun 1975 itu memang menyakitkan karena Rudy gagal memecahkan rekor sebagai pebulu tangkis dengan gelar All England terbanyak di nomor tunggal putra.

Namun ternyata sakit yang ada tidak menjadi penyesalan panjang lantaran setahun berikutnya Rudy sukses menebus kegagalan di tahun 1975 dengan menjadi juara di All England edisi 1976. (ptr/ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER