Jakarta, CNN Indonesia -- Karir seorang pebalap motor di level dunia biasanya dimulai dari kelas 125 cc, berlanjut ke 250 cc dan akhirnya bertarung di panggung utama MotoGP (dulu 500 cc). Mereka yang sukses di MotoGP sejak dekade 2000-an, kebanyakan adalah mereka yang juga sudah menjadi juara di kelas bawahnya.
Valentino Rossi, pebalap tersukses di era 2000-an dengan tujuh gelar juara MooGP/500 cc di tangan adalah pebalap yang memang sudah diprediksi banyak orang bisa berbicara di level elit.
Rossi adalah juara dunia 125 cc tahun 1997 dan kemudian naik kelas menjadi juara dunia 250 cc tahun 1999. Bekal juara di dua kelas di bawahnya inilah yang akhirnya memberikan pondasi kuat pada keberhasilan Rossi berjaya di level MotoGP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pebalap paling fenomenal saat ini Marc Marquez juga menapak jalan karir yang sama dengan Rossi. Marquez yang sudah dua kali menjadi juara dunia MotoGP di usianya yang baru 22 tahun ini sendiri sudah merintis jalan menuju juara sejak di dua kelas di bawahnya.
Marquez sudah menjadi juara dunia kelas 125 cc pada tahun 2010 saat usianya masih 17 tahun kemudian disusul juara dunia 250cc dua tahun kemudian.
Contoh lain juga ada pada diri Jorge Lorenzo, juara dunia MotoGP 2010 dan 2012. Meski tak pernah jadi juara di kelas 125 cc, namun Lorenzo juga sempat jadi penguasa kelas 250 cc pada 2006 dan 2007.
Stoner dan Hayden PengecualianSejak dominasi Rossi dimulai, hanya ada dua nama yang tidak pernah mengecap manisnya juara di kelas 250 cc atau 125 cc yang bisa jadi juara dunia di MotoGP. Dua nama itu adalah Nicky Hayden dan Casey Stoner.
Hayden adalah juara AMA Superbike 2002 dan kemudian tampil di World Superbike. Setahun di Superbike, Hayden hijrah ke MotoGP, tanpa lebih dulu turun di kelas 125 cc ataupun 250 cc.
Di level elit ini, Hayden berhasil menjadi juara dunia pada tahun 2006 lewat cara yang dramatis. Tertinggal delapan angka dari Rossi jelang seri terakhir, Hayden sukses menjadi juara dunia usai finis di peringkat ketiga seri terakhir plus 'pertolongan' dari jatuhnya Rossi di awal lomba.
Stoner sendiri tidak pernah juara di kelas 125 cc dan 250 cc. Catatan terbaiknya adalah runner up kelas 250 cc pada tahun 2005 dimana ia harus mengakui keunggulan Dani Pedrosa.
Namun begitu masuk level MotoGP, Stoner sukses menjadi juara di musim keduanya pada 2007. Ketika itu Stoner memenangi 10 seri dan unggul jauh, 125 poin, dari Pedrosa yang ada di peringkat kedua.
Setelah sukses di 2007, Stoner sekali lagi mampu menjadi juara dunia pada musim 2011 dimana ketika itu ia juga memenangi 10 seri untuk jadi juara dunia.
Sebelum era Rossi, hierarki di MotoGP/500 cc tidaklah begitu terlihat. Dari tahun 1990, mereka yang jadi juara dunia 500 CC adalah mereka yang tak pernah jadi pemenang di kelas 250 cc ataupun 125 cc.
Wayne Rainey (1990-1992), Kevin Schwantz (1993), Michael Doohan (1994-1997), dan Kenny Roberts Jr. (2000) adalah nama-nama pemenang 500cc yang tak pernah juara di kelas di bawahnya.
Schwantz dan Doohan bahkan tak pernah tampil di kelas di bawah 500 cc, sama halnya seperti yang dilakukan oleh Hayden beberapa tahun kemudian.
Biaggi dan Pedrosa Tak Seberuntung LainnyaMeski banyak yang sukses menapak awal karir dengan memenangi 125 cc dan 250 cc untuk kemudian berjaya di MotoGP, namun ada pula yang gagal berjaya di MotoGP padahal mereka perkasa di kelas di bawahnya.
Max Biaggi adalah contoh pas menggambarkan hal itu. Pebalap asal Italia ini adalah juara dunia 250 cc empat tahun beruntun dari 1994-1997.
Ketika itu, nama Biaggi pun ramai dibicarakan dan diyakini bakal jadi penantang kuat Michael Doohan jika ia naik kelas ke 500 cc.
Biaggi pun naik kelas dan menyajikan duel sengit dengan Doohan di musim 1998 dimana Doohan tetap berhasil menjadi juara dan Biaggi finis di posisi runner up pada akhir musim.
Usai musim debutnya, Biaggi gagal memanfaatkan momentum dimana Doohan tak lagi berjaya dan ia harus menyaksikan kemenangan Alex Criville dan Kenny Roberts Jr.
Setelah itu, peluang Biaggi untuk menjadi juara dunia kemudian seakan sirna seiring kedatangan Rossi yang langsung menancapkan dominasinya.
Di era saat ini, Pedrosa bisa jadi kandidat terkuat untuk mengikuti jejak Biaggi. Ia adalah pemenang kelas 125 cc tahun 2003 dan disusul kemenangan di kelas 250 cc pada tahun 2004 dan 2005.
Tahun 2006, Pedrosa mulai naik kelas ke MotoGP. Sejak saat itu ia sudah jadi salah satu pebalap favorit juara. Namun sayangnya ia tak pernah berhasil mewujudkannya.
Dalam sembilan musim di MotoGP sejauh ini, Pedrosa meraih tiga kali runner up, tiga kali peringkat tiga, dua kali peringkat empat, dan sekali peringkat lima.
(ptr/ptr)