Jakarta, CNN Indonesia -- Arema Cronus mencoba mengambil hikmah dari penghentian sementara kompetisi sepak bola Indonesia (QNB League 2015).
Hal itu diutarakan
Media Officer Arema, Sudarmaji, saat dihubungi
CNN Indonesia. Menurut Sudarmaji penghentian sementara liga oleh PSSI itu memberi waktu bagi klub tersebut menyelesaikan persoalan internal.
"Saya pikir ini waktu yang tepat, menjadi momentum, sehingga kami bisa fokus untuk menyelesaikan islah, rekonsiliasi," kata Sudarmaji.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudarmaji pun menyatakan pihaknya mendukung penghentian liga yang telah disetujui Komite Eksekutif PSSI tersebut. Selain itu, manajemen pun mencoba memberi pengertian terhadap tim, sponsor, serta pemangku kepentingan Arema lainnya.
"Sebetulnya semua komponen kecewa, namun akhirnya ini memang untuk kebaikan semua. Kita yakin kompetisi ini harus berjalan normal tanpa ada rintangan lain. Ini kita serahkan kepada PSSI untuk mencari jalan keluarnya," ujar Sudarmaji.
Kepelikan Sejarah AremaArema dan Persebaya Surabaya menjadi klub yang tak mendapat rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) untuk mengikuti liga. Kedua klub asal Jawa Timur itu dinilai tak melengkapi dokumen verifikasi yakni aspek legalitas dan terkait dualisme kepemilikan.
Dalam kasus Arema Cronus, pihak manajemen klub sendiri tidak bisa menunjukkan dokumen kepemilikan PT Arema Indonesia kepada BOPI. Beberapa waktu lalu, Novi yang merupakan istri dari salah satu pendiri Arema, alm Lucky Acub Zaenal, kepada harian
Jawa Pos juga pernah menunjukkan bahwa NPWP milik PT Arema Indonesia tetap berada di tangannya.
Dalam perjalanannya, klub asal Malang tersebut memang sempat beberapa kali berganti kepemilikan. Dari semula dipunyai oleh alm Lucky dkk, lalu dijual ke PT Bentoel, dan kemudian menjadi Yayasan Arema. Setelahnya, pada 2011 Arema pun sempat terpecah menjadi dua, yaitu Arema yang bertanding di IPL dan Arema ISL, dengan Arema IPL sempat menggandeng Ancora sebagai investor dengan menggunakan PT Setia Bina Nusa.
Namun, Andi Darussalam Tabusala sebagai penyeru rekonsiliasi saat ini hanya mengakui Yayasan Arema sebagai kepengurusan resmi.
"Kita harus kembali ke titik nol, di mana kepengurusan yayasan tahun 2009 ditambah pemegang saham," jelas Andi sebagaimana dikutip dari
detik.com.Rekonsiliasi?Dengan tanpa rekomendasi BOPI, baik Arema maupun Persebaya tetap melakoni pertandingan liga sejak QNB League dimulai pada 4 April lalu. Akhirnya Kementerian Pemuda dan Olahraga mengirim surat kepada Kepolisian RI untuk bersikap tegas tak memberikan izin keramaian bagi pertandingan dua klub tersebut.
Dua hari lalu Juru Bicara Kemenpora, Gatot S Dewa Broto, menyatakan dua klub tersebut dipertimbangkan untuk ikut bermain di liga dengan syarat melengkapi dokumen rekonsiliasi 2X24 jam. Tenggat waktu itu berakhir Jumat (10/4) ini. (Baca:
Kemenpora Beri Arema-Persebaya Rekonsiliasi)
Menanggapi hal tersebut, Sudarmaji menyatakan pihaknya tak menerima surat ataupun permintaan memenuhi tenggat waktu tersebut dari Kemenpora.
"Kami hanya mengetahui itu dari media (massa), walau begitu Arema sendiri memang beritikad baik untuk melakukan rekonsiliasi," ujar Sudarmaji.
Namun, lanjutnya, tenggat waktu yang diminta Kemenpora dinilai Arema tak realistis. Ia berharap klub tak diburu-buru dengan tenggat waktu yang tak cukup tersebut.
"(Rekonsiliasi) ini kan dikawal media. Ini menunjukkan itikad baik Arema," katanya menegaskan.
Untuk melakoni rekonsiliasi tersebut, Sudarmaji menerangkan para pemangku kepentingan dan pihak-pihak Yayasan Arema dijadwalkan berkumpul, Sabtu (11/4). Pertemuan para pemangku kepentingan, kata Sudarmaji, sudah dilakoni jauh hari secara terpisah-pisah sebelumnya.
Atas dasar itu ia mengakui Arema berharap semua bisa berkumpul pada hari yang ditentukan untuk membicarakan tentang langkah selanjutnya mengenai nasib Arema.
Terkait surat pemberitahuan tenggat waktu untuk Arema dan Persebaya itu, Sekretaris Jenderal PSSI, Joko Driyono juga mengaku tak menerimanya. "Saya malah tidak tahu soal tenggat itu," kata Joko saat dihubungi CNN Indonesia melalui sambungan telepon, Jumat (10/4) sore.
"Tidak ada surat soal itu dari Kemenpora atau BOPI. Saya tidak tahu. Saya juga belum ketemu Pak Gatot lagi," katanya menegaskan.
(kid/vws)